TEMPO.CO, Surabaya - Festival Ekonomi Syariah Indonesia (Indonesia Sharia Economic Festival atau ISEF) yang digelar pada 11-15 Desember 2018 membukukan kesepakatan bisnis para pelaku ekonomi keuangan syariah senilai Rp 6,75 triliun. Angka itu dihasilkan dari kesepakatan 14 pelaku usaha atau lembaga keuangan seperti transaksi jual beli atau penyaluran pinjaman.
Baca: Gubernur Bank Indonesia Yakin Keuangan Syariah Tumbuh 20 Persen
Berdasarkan data yang dilansir Bank Indonesia selaku penyelenggara ISEF 2018 pada Sabtu, 15 Desember 2018, disebutkan nilai kesepakatan bisnis Rp 6,75 triliun itu merupakan angka sementara. Di ISEF 2018, bukan hanya pelaku ekonomi syariah domestik, namun pelaku usaha syariah mancanegara yang juga menjalin kesepakatan bisnis.
Beberapa kesepakatan bisnis yang dicapai di antaranya adalah pertama kerja sama kemandirian ekonomi melalui usaha konveksi dari Prisma Gruop kepada Pondok Pesantren Al-Anwar, Rembang, Jawa Tengah senilai Rp 3,3 miliar. Kemudian, Bank BJB Syariah menyalurkan pembiayaan ke 15 debitor Rp 517 miliar.
Ada juga pembeli dari Malaysia, Yusma Family Tranding meyepakati pembelian senilai Rp 3 miliar kepada UD Dua Dewi untuk pembelian produk makanan hasil produksi forum IKM Jember. Sementara PT Aeon Indonesia menyepakati pembelian produk pertanian dengan Pondok Pesantren Al-ittifaq Kabupaten Bandung sebesar Rp 3,36 miliar.
Selain itu ada PT Food Stasion Tjipinang Jaya Jakarta yang menyepakati kerja sama pengadaan beras dengan UD Sahabat Tani Sidoarjo senilai Rp 13 miliar dan Gapoktan Sumber Makmur Cilacap senilai Rp 20 miliar. Javara Jakarta bekerja sama untuk pengadaan beras organik dengan PT Sirtanio Organik Indonesia Jember senilai Rp 665 juta.
Sejumlah perbankan syariah juga tak ketinggalan. Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, Bank Mega Syariah, BPD Aceh, BPD Jatim Unit Usaha Syariah, misalnya, menandatangani sindikasi pembiayaan perbankan syariah untuk infrastruktur jalan tol kepada PT Jakarta Toll Road Development senilai Rp 2 triliun.
Sementara BPD Jatim Unit Usaha Syariah memberikan pembiayaan Rp 35 miliar kepada Yayasan Dompet Dhuafa. Pembiayaan ini dalam rangka kerja sama pengumpulan dana wakaf untuk pembangunan RS Dompet Dhuafa di Pasuruan. Ada juga Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman Parung yang menyepakati komitmen pembelian produk pertanian dan fesyen senilai Rp 42 miliar dengan sembilan UMKM.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo mengatakan pihaknya berfokus kepada tiga pilar agar industri ekonomi syariah terus berkembang. Ketiga pilar tersebut adalah, pertama, pemberdayaan ekonomi berbasis syariah seperti kemandirian ekonomi pesantren.
Baca: Bank Muamalat Ajak Masyarakat Hijrah ke Bank Syariah
Kedua, pengembangan sektor keuangan syariah. Ketiga, edukasi dan kampanye mengenai ekonomi keuangan syariah. "Sulit kalau kembangkan instrumen syariah saja tapi enggak memberdayakan ekonominya. Untuk itu, komitmen kami membentuk halal value chain, komoditas yang kami kembangkan itu produk halal, fashion islami dan sebagainya," kata Dody.
ANTARA