TEMPO.CO, Jakarta - Calon wakil presiden Sandiaga Uno berjanji membawa 50 Badan Usaha Milik Negara atau BUMN masuk ke dalam daftar Fortune 500. Pasalnya saat, ini baru PT Pertamina (Persero) yang bisa menempati posisi tersebut.
Baca: Sandiaga soal Utang BUMN Lebih dari Rp 5.000 T : It's Worrying
"Kami ingin ada sepuluh atau 50 BUMN masuk Fortune 500. Kenapa, karena kita bakal jadi ekonomi nomor empat terbesar dunia di 2045," ujar Sandiaga di Hotel Ambhara, Jakarta, Rabu, 12 Desember 2018.
Fortune 500 adalah sebuah daftar tahunan yang disusun dan diterbitkan oleh majalah Fortune yang memeringkatkan 500 perusahaan umum dan milik pemerintah teratas yang diperingkatkan berdasarkan pendapatan bruto mereka.
Sandiaga mengatakan BUMN adalah salah satu cara untuk membangun negara. Oleh karena itu, ia berjanji ke depan akan membangun BUMN apabila terpilih dalam Pemilihan Presiden mendatang. "Masa Pertamina enggak bisa lebih besar dari Petronas, menurut saya bisa karena kita kaya raya," kata Sandiaga.
Selain Pertamina, Sandiaga juga mempertanyakan Garuda Indonesia yang belum bisa mengalahkan Singapore Airlines. Padahal, Indonesia punya banyak destinasi yang luar biasa. Ia ingin ke depannya BUMN tidak hanya juara di dalam negeri, namun juga di tingkat regional.
Untuk mewujudkan itu, Sandiaga menyebut BUMN tidak boleh menjadi alat kekuasaan. BUMN, menurut dia, harus dibangun sebagai sistem milik negara untuk memastikan kesejahteraan. Selain itu, perusahaan milik negara mesti dikelola secara profesional dengan tata kelola yang baik.
Di samping itu, persoalan yang disoroti Sandiaga juga mengenai utang BUMN yang semakin membeludak. Ia mendapat kabar bahwa utang BUMN saat ini sudah lebih dari Rp 5.000 triliun. "Ini utang sektor publik sudah di atas 60 persen, ditambah lagi utang BUMN. It's worrying," ujar Sandiaga.
Menurut Sandiaga, masyarakat semestinya memperhatikan dan khawatir. Sebab, kondisi itu bisa saja diikuti dengan ancaman dari guncangan ekonomi baik di luar maupun di dalam negeri. "Bagaimana kalau ada perlambatan ekonomi, bagaimana kalau perang dagang berlanjut, bagaimana kalau harga komoditas anjlok luar biasa?" kata Sandiaga.
Baca: Jual Saham Demi Kampanye, Sandiaga: Harta Ini Titipan Allah
Kekhawatiran Sandiaga itu bukan tidak berdasar. Sebab, setelah melakukan lawatan di Sumatera Utara, ia mendapati bahwa banyak keluhan dari masyarakat lantaran jebloknya sawit dan karet. "Penghasilan petani betul-betul menghadapi tekanan."