TEMPO.CO, Jakarta -Sekitar 40 keluarga korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610, Selasa malam 11 Desember 2018 berkumpul di Hotel Ibis, Cawang, Jakarta Timur. Mereka menuntut kejelasan kepada pihak maskapai atas pencarian 64 korban yang sampai saat ini belum teridentifikasi.
Keluarga geram pihak maskapai tidak lagi memberikan kabar. Mereka mengaku khawatir dengan tidak adanya informasi perkembangan situasi, pencarian 64 nama korban Lion Air JT 610 tak lagi dilakukan.
Baca : Lion Air Targetkan Seluruh Pilot Air Paham Sensor AoA Desember Ini
"Menurut KNKT, bangkai pesawat JT-610 itu baru terangkat maksimal 30 persen, sehingga keluarga meyakini masih ada jasad yang terbawa dalam sisa bangkai pesawat," kata salah seorang keluarga korban, Latief Nurbana, ketika dikonfirmasi Tempo, Selasa 11 Desember 2018.
Latief mengatkan Lion Air sudah tidak memberikan informasi perkembangan apapun selepas Ketua Badan SAR Nasional, Muhammad Syaugi menyatakan evakuasi korban dihentikan pada 10 November. Adapun menurut keterangan Latief, keluarga korban yang berkumpul di Hotel Ibis malam tadi akhirnya ditemui oleh Direktur Operasional Lion Air, Daniel Putut Kuncoro Adi, sesuai janji. Namun Latief mengaku tidak puas dengan penjelasan Daniel pada pertemuan ini, karena menurutnya apa yang dikatakan Daniel adalah pengulangan dari janji yang sama, sejak 23 November lalu.
Menurut Latief pada pertemuan itu Daniel hanya kembali menjanjikan akan mendatangkan kapal pencari korban yang disewa dari Singapura. Atas desakkan dari keluarga korban, kata Latief, Daniel akhirnya menjanjikan kapal sewaan ini akan tiba di Indonesia paling lambat 17 Desember. Tuntutan lainnya dari keluarga korban, Latief menambahkan, yakni meminta asuransi harus dicairkan tanpa embel-embel syarat.
Karena menurut Latief hal ini adalah kewajiban dari perusahaan asuransi untuk segera membayarkan.
"Turunan dari Undang-Undang Nomor 1 Tentang Penerbangan dan Peraturan Kementerian Perhubungan nomor 77 tahun 2017," kata Latief.
Bila kondisi semakin memburuk, dalam arti pencarian 64 korban yang belum teridentifikasi semakin tak jelas, Latief mengatakan keluarga akan melibatkan pemerintah untuk turut memperhatikan kasus ini. Menurutnya pemerintah pun perlu membantu menekan Lion Air agar usaha keluarga membuahkan hasil. Tanpa dukungan pemerintah, Latief mengatakan perjuangan keluarga korban bagaikan bertepuk sebelah tangan.
Simak pula :
Kenapa Anak Papua Ingin Jadi OPM?
Menurut Latief, itu rencana mereka dalam jangka pendek. Sedangkan untuk jangka panjang, mereka bisa jadi turut menuntut Boeing, produsen pesawat 737 MAX, yakni tipe pesawat dari Lion Air JT-610. Untuk menuntut Boeing Latief mengaku masih menunggu hasil penyelidikan dari Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), agar dapat dijadikan dasar untuk menggugat. Meski demikian, ia mengaku ke depan ia bersama keluarga korban lain sudah membicarkan opsi ini.
"Kalau sekarang kan belum. Baru Pre-Eliminary report, agak susah untuk menuntut menurut saya," ucap ayah dari korban Muhammad Luthfi Nurramdani ini tentang kelanjutan pencarian sisa 64 nama korban Lion Air JT 610 tersebut.