TEMPO.CO, Jakarta - Tak sedikit dari kalangan pengusaha retail menyesuaikan strategi pemasarannya untuk menjaring generasi milenial yang terus tumbuh dan jadi pembeli potensial belakangan ini.
Baca: Perumnas Sebut 60 Persen Pembeli Rusun Rawa Buntu Kaum Milenial
Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah, misalnya. Ia mengatakan, porsi generasi milenial yang cukup besar tersebut sudah memiliki kemampuan belanja yang lebih baik, sehingga peretail harus melakukan penyesuaian dalam strategi bisnisnya.
"Kalau kami pasti mengikuti tren itu, mulai dari pelaku usaha makanan dan minuman hingga fesyen itu mati-matian untuk dapat menjaring generasi milenial ini," katanya, Senin, 10 Desember 2018.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Februari 2018, jumlah generasi milenial atau yang berumur 15 tahun hingga 35 tahun tercatat 85,62 juta. Generasi ini setara dengan 32,3 persen dari jumlah penduduk yang mencapai 265 juta. Angka tersebut naik 1 juta jika dibandingkan dengan jumlah generasi milenial pada Februari 2013 yang tercatat 84,62 juta.
Budhi menjelaskan sebagian besar anggota Hippindo saat ini sudah mengubah template iklannya, dan lebih memilih untuk mengedepankan generasi milenial sebagai pemeran iklannya. Selain itu, anggota Hippindo juga semakin banyak yang berkolaborasi dengan marketplace untuk memasarkan produknya.
Meski harus memberi harga lebih rendah, tetapi peretail berharap mendapat keuntungan lebih besar dari permintaan generasi milenial yang lebih besar di perdagangan elektronik. "Kita sekarang tidak hanya aktif di offline saja, tetapi juga online. Kita ikut pesta belanja onlinne, dan nanti kita juga ikut pesta belanja online 12.12," ujarnya.
Tidak hanya itu, Budhi mengatakan peretail saat ini juga sudah banyak memperbesar porsi produk khusus untuk generasi milenial. "Besar porsi produk generasi milenialnya itu sesuai peretailnya masing-masing, tetapi itu sudah semakin besar," ujarnya.