TEMPO.CO, Semarang - Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Provinsi Jawa Tengah berencana membubarkan sekitar 3.000 unit koperasi yang tersebar di 35 kabupaten/kota karena tidak aktif menjalankan usahanya lebih dari dua tahun.
Simak: Darmin Pastikan 5 Sektor UMKM dan Koperasi Tidak Masuk Revisi DNI
"Kami yang berkoordinasi dengan Kementerian Koperasi akan membubarkan 3.000-an koperasi di Jateng, terbanyak ada di Kabupaten Wonosobo dan Wonogiri," kata Kepala Dinkop UKM Provinsi Jsteng Emma Rachmawati di Semarang, Kamis 6 Desember 2018.
Ia menyebutkan dari 25.996 unit koperasi yang terdaftar di Dinkop UKM Jateng, saat ini yang aktif hanya 21.455 unit koperasi. Dinkop UKM Jateng pada 2017 juga telah membubarkan 3.700-an unit koperasi dari 28 ribuan koperasi yang terdaftar.
Alasan utama pembubaran ribuan koperasi itu karena pengurus koperasi tidak lagi menggelar rapat anggota tahunan selama dua tahun berturut-turut dan tidak menjalankan usahanya.
"Yang paling banyak jenis KSP (koperasi simpan pinjam), kalau koperasi ritel masih bertahan. Dulu kan membentuk KSP sangat mudah dan ada banyak bantuan untuk mendirikan koperasi," ujarnya.
Ke depannya, Jajaran Dinkop UKM Jateng akan memberikan pendampingan kepada koperasi yang akan berdiri hingga dan menjalankan usahanya.
"Kami akan usulkan ke pemerintah pusat, perlu ada pendampingan bagi yang akan mendirikan koperasi," ujarnya.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta pengelola koperasi melakukan berbagai inovasi sesuai dengan perkembangan zaman.
"Koperasi tidak bisa dijalankan begitu-begitu saja karena di era milenial koperasi harus melakukan lompatan dengan melakukan digitalisasi, misalnya dari bagaimana memroduksi dengan peralatan canggih, lalu menjual atau memasarkan dengan memanfaatkan informasi teknologi," kata politikus PDI Perjuangan itu.
Menurut Ganjar, koperasi mampu menjadi pilar dan saka guru perekonomian Indonesia sebab koperasi memiliki kekuatan kolektif yakni dari, oleh, dan untuk anggota koperasi.
"Lompatan yang dilakukan koperasi sangat penting. Tidak hanya menjadi saka gurunya perekonomian Indonesia, tapi juga untuk menyambut revolusi industri yakni era industri yang antara lain ditandai dengan segala sesuatu yang serba digital dan otomatis," ujarnya.