TEMPO.CO, Bali - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan
pandangannya terkait perkembangan globalisasi yang membuat sebagian negara menjadi pemenang dan sebagian lain justru kalah. Bahkan di satu kawasan yang maju sekalipun, tetap ada satu dua negara yang kalah bersaing dengan negara lainnya.
BACA: Anggaran Tak Terserap Rp 70 T, Jokowi Minta Kementerian Evaluasi
"Tapi mereka yang loser (orang yang kalah) ini justru diharapkan berjuang untuk diri mereka sendiri," kata Sri Mulyani dihadapan tamu-tamu internasional yang hadir dalam acara The 8th Annual International Forum on Economics Development and Public Policy atau AIFED, di Nusa Dua, Bali, Kamis, 6 Desember 2018.
Sri mengutip pidato mantan Presiden Amerika Serikat pada pertemuan G20 ke-11 di Hangzhou, Cina, yang pernah dihadirinya. Saat itu, kata Sri, Obama menyampaikan, "kita harus serius berfikir soal nasib mereka yang kalah." Obama melanjutkan, "ini adalah soal kemanusiaan."
BACA: Sri Mulyani Terbitkan Aturan Baru Soal Tarif Ekspor CPO Nol
Sebab, kalah dan menang dalam globalisasi ini tidak hanya dialami antar negara saja, namun juga antar kelompok masyarakat. Untuk itulah, Sri menilai pemerintah harus bisa menelurkan kebijakan yang seimbang. Di satu sisi penyediaan kebijakan yang inovatif dan kompetitif, tapi di sisi lain tidak membuat sebagian kelompok masyarakat merasa dipinggirkan.
Indonesia, kata Sri Mulyani, telah memulai tren tersebut dengan memusatkan perhatian pembangunan pada sumber daya manusia, setelah berkutat pada pembangunan infrastruktur. Pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN 2019, pemerintahan Joko Widodo memustakan anggaran untuk pendidikan dan menggenjot Program Keluarga Harapan atau PKH.
Kebijakan ini, kata Sri Mulyani, merupakan langkah lanjutan setelah pada 1970, pemerintah menggenjot pembangunan manusia lewat program wajib bersekolah, wajib imunisasi, dan program kesehatan yang masif. "Arahnya jelas, cara kami jelas, kami harap akan ada lebih banyak kebijakan yang seusai kedepannya," kata dia.