“Kami sendiri akan tetap optimalisasi CASA dalam mendukung ekspansi aset produktif secara selektif untuk mengontrol kualitas aset, efisien dlm operasional, dan lakukan yield enhancement,” kata dia.
Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede menilai rating tersebut tidak relevan lagi dengan kondisi rupiah yang cederung menguat. Ia melihat masih ada pertumbuhan kredit yang masih cukup baik, yaitu bisa sampai 12 persen. Lalu, ia menilai rasio kredit macet (NPL) pun cederung menurun jadi 2,7 persen. Artinya, kata dia, industri perbankan Indonesia masih kuat. "Lemahnya rupiah kemungkinan dilihat adanya risiko buat perbankan,” kata dia.
Hal tersebut dapat dilihat dari faktor debitur yang terpegaruh akibat mengandalkan impor di tengah melemahnya rupiah. Namun, Josua menilai apabila rupiah menguat, risikonya tidak seburuk itu. Apalagi, apabila dilihat dari permodalan dan bisnis pertumbuhan aset juga tumbuh. “Saya pikir tidak ada alasan untuk meletakkan rating jadi negatif karena potensi growth perbankan masih tetap besar,” kata dia.
Simak terus berita tentang Utang hanya di Tempo.co