TEMPO.CO, Palembang - Transaksi menggunakan uang elektronik untuk pembayaran tarif kereta api ringan atau light rail transit (LRT) Palembang, Sumatera Selatan, masih terkendala sejumlah persoalan. Salah satunya satunya kesiapan fasilitas pendukung.
Baca juga: Menhub Budi Karya Sumadi: LRT Palembang Akan Tambah Gerbong
“Saat ini kami telah memberlakukan penggunaan uang elektronik namun masih ada kendala, seperti untuk pengisian ulang uang elektronik di stasiun,” kata Manager Humas PT Kereta Api Indonesia (KAI) Divre III Palembang, Aida Suryanti, Senin, 3 Desember 2018.
Menurut Aida, mesin ATM belum tersedia di semua stasiun LRT. Padahal, untuk efektivitas dan mendukung program pemerintah dalam program Gerakan Nasional NonTunai, mulai 1 Desember 2018 naik LRT menggunakan Kartu Uang Elektronik (KUE) yang diterbitkan 5 perbankan.
Aida menambahkan waktu sosialisasi penggunaan uang elektronik untuk transaksi LRT dinilai belum terlalu lama. Sementara penumpang LRT sangat beragam.
“Sementara ini untuk penumpang tujuan dan dari Stasiun Bandara yang wajib menggunakan uang elektronik, namun bagi penumpang dari stasiun-stasiun lain yang telah memilikinya diarahkan untuk tetap menggunakan uang elektronik, sebagai dukungan program Gerakan Nasional NonTunai,” kata Aida.
Berdasarkan catatan Perseroan, saat ini penggunaan Kartu Uang Elektronik pada saat naik LRT mencapai 37.227 penumpang.
Aida mengatakan pihaknya terus berupaya dan rutin melakukan evaluasi untuk meningkatkan pelayanan dalam operasional LRT. “Mengingat sebagai transportasi baru dan pertama di Indonesia, LRT Sumsel masih terus melakukan penyesuaian dan evaluasi dari semua pihak agar semakin baik operasionalnya, sehingga masyarakat akan mulai beralih menggunakan LRT sebagai alternatif transportasi dalam aktivitasnya,“ katanya.
BISNIS