TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara PT Pertamina (Persero), Adiatma Sardjito, mengatakan perusahaan masih dalam tahap evaluasi dan belum akan langsung menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi. Ia mengatakan tak ingin bersikap reaksioner dalam menanggapi turunnya harga minyak dunia saat ini.
Baca: 2019, Pertamina Targetkan Belanja Modal USD 5,5 Miliar
Adiatma mengatakan saat ini harga minyak dunia masih lebih tinggi dibanding harga asumsi dalam APBN, yakni sebesar US$ 48. “Kami belum lihat kestabilannya di harga berapa. Kami juga harus lihat supply, demand, dan langkah kompetitor bagaimana,” ujarnya, Jumat, 30 November 2018.
Seperti diketahui harga minyak dunia sedang menurun beberapa bulan terakhir. Kemarin, harga minyak berada di level US$ 60 per barel. Tren penurunan harga ini mulai terjadi pada pertengahan Oktober lalu, setelah sempat mencapai puncaknya pada awal Oktober di kisaran US$ 90.
Pemerintah selama ini tidak mencampuri kebijakan harga jual bahan bakar minyak nonsubsidi oleh distributor. Para penjual akan menyesuaikan harga jual sesuai dengan pergerakan harga minyak dunia.
Lebih jauh Adiatma menjelaskan Pertamina saat ini masih memiliki sisa stok crude dari kapal tanker yang datang di masa harga minyak dunia masih tinggi. “Kemungkinan habisnya di Desember 2018 hingga Januari 2019. Itu bagian dari evaluasi tadi,” tuturnya.
Pertamina terakhir menyesuaikan harga BBM mereka pada 10 Oktober 2018. Harga BBM nonsubsidi seperti Pertalite dan Pertamax masih ada di kisaran Rp 7.800 dan Rp 10.400 per liter. Adapun harga Pertamax Turbo dan Pertamax Racing ada di kisaran Rp 12.250 dan Rp 42 ribu per liter.
Brand Manager PCMO & Fleet PT Total Oil Indonesia, Magda Naibaho, enggan berkomentar mengenai permintaan pemerintah. Begitu juga dengan External Relations PT Shell Indonesia, Dina Setianto. “Seperti yang kami biasa lakukan, apabila ada penyesuaian harga, kami akan mengumumkannya di website,” kata Dina.
Pengamat ekonomi dan energi dari Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi, mengatakan penyesuaian harga dari para distributor merupakan hal yang wajar dan merupakan mekanisme pasar umum. Ia pun menilai dalam waktu dekat harga minyak dunia belum akan naik lagi secara drastis. Karena itu, ia menilai distributor harus segera menyesuaikan harga.
Baca: Pertamina Prediksi Konsumsi BBM Naik 4 Persen Selama Natal dan Tahun Baru
“Mestinya distributor ikuti mekanisme pasar. Kalau kompetitor turunkan harga, sedangkan ada yang tetap bertahan, maka otomatis akan tergilas dalam persaingan,” kata Fahmy.
Simak berita menarik lainnya terkait Pertamina hanya di Tempo.co.