TEMPO.CO, Jakarta - PT Adhi Karya (Persero) Tbk. merencanakan belanja modal (capital expenditure) pada tahun depan sekitar Rp 4-5 triliun. Direktur Keuangan Adhi Karya Entus Asnawi menyatakan jumlah belanja modal tahun depan masih relatif stagnan dibandingkan tahun ini, yaitu sebesar Rp 4 triliun.
Baca: Dapat Kontrak Baru Rp 12,7 Triliun, Adhi Karya: Lampaui Target
Alasannya, sebagian besar masih melanjutkan sebagian besar proyek yang sudah kontrak pada tahun ini. “Kami masih fokus pada proyek tol, sumber daya air, dan untuk anak perusahaan. Kemungkinan akan lebih besar pada sektor jalan tol dan properti," ujar Enthus, Kamis, 29 November 2018.
Adapun beberapa proyek yang akan dikejar oleh perusahaan dengan kode emiten ADHI adalah proyek jalan tol Aceh-Sigli sepanjang 74 kilometer (km), revitalisasi terminal II, dan tol dalam kota enam ruas senilai Rp 1,4 triliun. Enthus menuturkan saat ini Adhi Karya juga tengah menginisiasi pembangunan jalan tol Solo-Yogyakarta-Lulonptogo dan sejumlah proyek sistem penyediaan air minum.
Meski kondisi pasar tengah lesu, Enthus menuturkan akan mengupayakan segala cara untuk pembiayaan belanja modal tahun depan, seperti memanfaatkan kas internal dan aksi korporasi. Saat ini, kata dia, masih ada sisa penawaran umum berkelanjutan sebesar Rp 2 triliun.
Selain itu, perusahaan akan melakukan aksi korporasi seperti initial public offering untuk dua anak usahanya, yaitu PT Adhi Commuter Properti (ACP) dan Adhi Persada Gedung (APG). "Masing-masing kami lepas 30 persen sahamnya," ujar Entus.
Untuk IPO sendiri, Enthus menuturkan hal tersebut merupakan rencana tahun ini. Namun, target tersebut urung direalisasi lantara melihat kondisi pasar yang tengah lesu. ADHI mematok akan menjual sahamnya senilai Rp 1,2 triliun dari APG.
Tapi ia belum bisa memastikan besaran nilai dari ACP hanya saja ia memprediksi targetnya akan lebih besar. "Kami masih melihat kondisi pasar, begitu kondisi pasar bagus kami langsung masuk," kata Enthus.
Untuk belanja modal tahun ini, Enthus memperkirakan akan ada koreksi dari target semula, yaitu Rp 3,5 triliun. Hal tersebut terjadi lantaran adanya penundaan sejumlah proyek, seperti pembangunan transit oriented development (TOD) di kawasan Bekasi Timur, penundaan proyek Light Rail Transit (LRT) Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (Jabodebek) sepanjang kilometer ke-11 hingga 17, dan Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). “Kemungkinan sisa belanja tahun ini akan dialokasikan pada tahun depan,” ujar Enthus.
Adapun perolehan kontrak baru, Direktur QHSE dan Pengembangan Adhi Karya Partha Sarathi menuturkan baru mencapai Rp 12,6 triliun hingga 23 November 2018. Angka tersebut masih jauh dari target tahun ini sebesar Rp 23,3 triliun.
Artinya, realisasi kontrak baru tahun masih kurang Rp 10,57 triliun. Meski begitu, Partha menuturkan ADHI segera menandatangani beberapa proyek baru. Untuk proyek terendah atau lowest contract on tender progress, sudah mencapai Rp 2,1 triliun.
Selain itu, masih ada proyek jalan tol Aceh-Sigli sepanjang 74 kilometer (km) senilai Rp 7,6 triliun, revitalisasi terminal II sebesar Rp 800 miliar dan tol dalam kota enam ruas senilai Rp 1,4 triliun. “Kurang lebih sudah ada Rp 13 triliun. Kalau dijumlahkan totalnya sebesar Rp 25,6 triliun. Diharapkan bisa lebih dari target,” ujar Partha.
Baca: Laba Bersih Adhi Karya Melonjak Menjadi Rp 335 Miliar
Corporate Communication Manager Adhi Karya Farid Budiyanto menuturkan kontribusi per lini bisnis pada perolehan kontrak baru pada Oktober 2018 didominasi oleh lini bisnis konstruksi dan energi sebesar 89,9 persen, lalu properti sebesar 8,6 persen dan sisanya merupakan lini bisnis lainnya. Adapun kinerja ADHI hingga September tercat Rp 335 miliar. “Ada peningkatan sebesar 63,6 dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yakni Rp 205 miliar,” ujar Farid.