TEMPO.CO, Jakarta - Investigasi atas kecelakaan Lion Air JT 610 dengan rute Jakarta – Pangkalpinang pada 29 Oktober 2019 oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi atau KNKT menemui babak baru. Dari hasil penyelidikan awal KNKT menyebutkan adanya tarik-menarik kendali antara sistem otomatis dan sistem manual yang dikendalikan oleh pilot sebelum pesawat jatuh.
Baca: Bersama Hotman Paris, Pengacara AS Siap Bantu Keluarga Korban Lion Air Gugat Boeing
Tarik-menarik kendali itu disebabkan kerusakan sensor angle of attack (AoA) pesawat, sehingga menunjukkan informasi tidak sesuai. Hal itu disampaikan oleh Investigator Subkomite Penerbangan Komite Nasional Keselamatan Transportasi Nurcahyo Utomo dalam konferensi pers pengumuman laporan awal investigasi kecelakaan Lion Air JT 610 di Jakarta, kemarin.
Nurcahyo menjelaskan kotak hitam Flight Data Recorder (FDR) menunjukkan adanya upaya pilot yang menyeimbangkan ketinggian karena AoA kiri dan kanan berbeda 20 derajat. "AoA di sebelah kiri itu lebih berat dari yang kanan," katanya, Rabu, 28 November 2018.
Dalam pemaparannya, Nurcahyo menjelaskan pada penerbangan Lion Air sebelumnya, yakni pada rute Denpasar-Jakarta juga terjadi ketidaksesuaian AoA antara kiri dan kanan. Namun, akhirnya pilot mematikan sistem otomatis dan mengendalikannya secara manual.
Dengan keputusan pilot itu, pesawat Lion Air dari Denpasar bisa diterbangkan selamat sampai Jakarta. Meskipun hal tersebut tetap melanggar buku manual maskapai karena seharusnya pesawat kembali ke bandara asal.
"Kapten Pilot melakukan deklarasi PAN PAN karena mengalami kegagalan instrumen kepada petugas pemanduan lalu lintas penerbangan Denpasar dan meminta untuk melanjutkan arah terbang searah dengan landasan pacu," kata Nurcahyo. "PIC melaksanakan tiga non-normal checklist dan tidak satu pun dari ketiga prosedur dimaksud memuat instruksi untuk melakukan pendaratan di bandar udara terdekat."
Sementara itu, untuk pesawat JT 610 Jakarta-Pangkal Pinang, kata Nurcahyo, pilot tidak mematikan sistem otomatis. Walhasil, pesawat terlihat berkutat mencari ketinggian yang seimbang. Hal ini terlihat dari FDR yang merekam naik turun ketinggian hingga kehilangan daya angkat (stall) dan menukik jatuh ke perairan Tanjung Karawang.
"Setelah flaps dinaikkan, FDR merekam 'trim aircraft nose down' otomatis berhenti ketika flaps diturunkan. Ketika flaps dinaikkan kembali 'trim aircraft nose down' otomatis dan input dari pilot untuk melakukan 'trim aircraft nose up' terjadi kembali dan berlanjut selama penerbangan," kata Nurcahyo.
Baca: Lion Air Bantah Pernyataan KNKT Soal Pesawat Tak Laik Terbang
Koordinator Investigasi Keselamatan Udara KNKT Oni Soerjo Wibowo menambahkan, bahwa AoA yang rusak saat penerbangan Lion Air dengan rute Denpasar menuju Jakarta sudah diganti. Jadi penerbangan JT 610 Jakarta- Pangkal Pinang memakai AoA yang baru dan sudah dites. "Sudah diganti, setiap komponen ini ada sertifikasinya dan itu bukan recycle," katanya. Dalam waktu dekat tim investigasi akan melakukan beberapa pemeriksaan termasuk pemeriksaan sensor AoA dan simulasi penerbangan dengan menggunakan engineering simulator milik Boeing.
ANTARA