TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Wamen ESDM) Arcandra Tahar mengatakan pegawai negeri sipil di Indonesia dipensiunkan pada usia yang menurutnya masih terbilang produktif.
Baca juga: Tak Hanya LNG, Arcandra Tahar Minta Gas Diolah Sampai Petrokimia
"Bicara usia pensiun ini menarik, PNS dipensiunkan pada umur 55 sampai 58, sementara di luar sana, khususnya di Amerika Serikat, pekerja berusia 56 sampai 65 tahun itu dinilai paling produktif," kata Arcandra saat menyampaikan pidatonya dalam forum diskusi di Jakarta, Rabu, 28 November 2018.
Ia menjelaskan, rentang usia 56-65 tahun dinilai produktif, karena pekerja pada umur tersebut memiliki pengalaman yang matang, dan diyakini cenderung stabil dari sisi emosional. "Pekerja pada rentang usia 56-65 tahun juga tidak memiliki banyak tanggungan, karena sebagian besar anak-anaknya sudah mandiri. Jadi tidak hanya kematangan dalam pengalaman kerja, mereka juga fleksibel dalam membagi waktu," kata Arcandra.
Wamen ESDM itu menjelaskan, banyak anak muda yang saat ini berinovasi mengembangkan teknologi, dan berkecimpung di perusahaan rintisan. Para anak muda tersebut justru membutuhkan dukungan dari para pekerja pada usia produktif tersebut. "Di Indonesia justru dipensiunkan (PNS-nya), dan mereka pun banyak diambil oleh sektor swasta, jadi swasta kita maju," katanya.
Dalam sesi diskusi itu pun, Archandra melempar pertanyaan mengenai kemungkinan perpanjangan usia pensiun bagi PNS di Indonesia. "Saya cuma bertanya, mungkin tidak ya, orang-orang yang matang itu, jangan dipensiunkan dini, karena masih banyak energinya," tutur Arcandra.
Dalam sesi FGD bertajuk "Peningkatan Kompetensi Lulusan Pendidikan Vokasi melalui Sertifikasi Kompetensi Bidang Minyak dan Gas Bumi dalam Rangka Link and Match" di Jakarta, Rabu, Arcandra menyebut beberapa pertanyaan yang harus diperhatikan pakar dan pemerhati yang hadir pada kegiatan diskusi itu. Pertanyaan yang dimaksud di antaranya meliputi, bagaimana lulusan vokasi dan sekolah kejuruan menghadapi perekonomian yang tengah memasuki era revolusi industri 4.0, dan bagaimana para lulusan itu merespons masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) yang akan membuka keran tenaga kerja dari negara kawasan Asia Tenggara.
"Apa yang kita harapkan dari lulusan vokasi, apa kita menginginkan mereka membuat lapangan kerja, atau hanya masuk ke lapangan kerja yang telah diciptakan oleh industri," kata Arcandra Tahar. Sesi FGD yang diadakan Kementerian ESDM itu, turut diisi dengan penandatanganan nota kesepahaman antara perwakilan sekolah vokasi dengan pihak industri.
ANTARA