TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo alias Jokowi mengapreasiasi berbagai kebijakan Bank Indonesia (BI) dalam menjaga kestabilan nilai tukar rupiah sekaligus menjaga kestabilan kondisi moneter. Menurut Jokowi, BI sudah bertempur selama berbulan-bulan untuk mempertahankan kondisi stabilitas nilai tukar dan moneter.
Baca juga: Luhut: Jokowi Minta Dana Pungutan Ekspor CPO untuk Petani Kecil
"Kami sadar betul betapa beratnya pertempuran dari hari ke hari dari minggu ke minggu, bulan ke bulan. Alhamdulilah dalam 2-3 minggu terakhir rupiah menguat signifikan, kemarin sudah kembali pada kisaran Rp 14500 per dolar AS," kata Jokowi dalam pidatonya di Pertemuan Tahunan Bank Indonesia, Jakarta Convention Center, Senaya, Jakarta Selatan, Selasa, 27 November 2018.
Hari ini BI kembali mengelar Pertemuan Tahunan Bank Indonesia atau PTBI. Pertemuan tahunan 2018 digelar dengan mengambil tema "Sinergi untuk Ketahanan dan Pertumbuhan." Dalam pertemuan tahunan ini, BI memaparkan arah kebijakan ekonomi khususnya di bidang moneter pada tahun 2019. Dalam acara ini, selain Gubenur Bank Indonesia dan Presiden Jokowi, hadir pula para menteri kabinet kerja, kepala daerah, pengamat ekonomi, pelaku industri keuangan, perbankan hingga pimpinan redaksi media massa.
Menurut mantan Walikota Solo ini, BI sudah menunjukkan keberanian dan memberikan kejutan kepada pasar mengenai kebijakannya. Khusunya lewat kebijakan menaikkan tingkat suku bunga menjadi 6 persen dari sebelumnya 5,75 persen. Sepanjang tahun BI telah menaikkan suku bunga sebanyak 175 basis poin.
Apalagi, kata Jokowi, kebijakan tersebut dikeluarkan BI di tengah prediksi banyak ekonom yang menyatakan bahwa bank sentral tak akan menaikkan lagi tingkat suku bunganya.
Jokowi berujar kebijakan tersebut menunjukkan BI memiliki ketegasan dan determinasi untuk membentengi rupiah. "Dalam bahasa keseharian ini bisa disebut, taringnya BI keluar. Keberanian seperti inilah yang dibutuhkan, saat menghadapi ekonomi dunia banyak ketidakpastian," kata Jokowi.