TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengumumkan rencana reaktivasi rel mati Rangkasbitung - Labuan di Provinsi Banten sejak pertengahan November 2017. Rencana mengaktifkan kembali jalur kereta api ini juga sudah tercantum di dalam Dokumen Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Bidang Perkeretaapian tahun 2015-2019. Tapi hingga akhir November 2019, dokumen perencanaan teknis pembangunan ini ternyata belum jua rampung.
BACA: PT KAI Hari Ini Lakukan Rekayasa Pola Operasi dari Stasiun Gambir
"Kami mulai dulu dengan penyelesaian dokumen perencanaan dan pembebasan lahan, untuk selanjutnya di periode akhir baru akan dimulai pembangunan fisik," kata Kepala Humas Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kemenhub, Eben Torsa, saat dihubungi di Jakarta, Minggu, 25 November 2018.
Proses ini juga masih panjang jika mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 112 Tahun 2017 tentang Pedoman Dan Proses Perencanaan Di Lingkungan Kementerian Perhubungan. Eben menyebutkan bahwa pembangunan ini harus melalui proses kajian kelayakan, kajian SID (Survey Investigasi Dasar), DED (Detail Engineering Design), kajian lingkungan hingga LARAP (Land Acquisition and Resettlement Action Plan).
Februari 2018, Budi Karya kembali mengumumkan bahwa Kementerian Perhubungan telah menganggarkan dana sebesar Rp 1 triliun untuk pemerintah setempat untuk sosialisasi ke warga dan pembebasan lahan. Juli 2018, Plt Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Banten Herdi Jauhari pun menyebut proses itu sudah dimulai. "Saat ini sedang dilakukan land clearing jalur kereta api yang sudah dijadikan fasilitas umum dan rumah warga. Kan itu aset pemerintah maka harus dibersihkan," kata Herdi.
Akan tetapi, Eben tidak menjelaskan berapa banyak warga terdampak proyek yang mengetahui rencana ini maupun jumlah lahan yang sudah dibebaskan. Selain itu, rencana reaktivasi ini juga kemungkinan tidak menjadi proritas pertama di Provinsi Banten karena Kemenhub akan mendahulukan proyek rel ganda Rangkasbitung-Merak. "Mengingat dokumen perencanaan awalnya (rel ganda) telah siap," ujarnya.
Jalur kereta api Rangkasbitung-Labuan sepanjang 56,6 kilometer ini sebelumnya menjadi primadona bagi masyarakat di pesisir barat Banten yang akan menuju ke arah Jakarta. Tapi sejak 1980, jalur ini ditutup dan sejumlah stasiun yang dulunya dilintasi oleh kereta api menjadi terbangkalai. Kini, rel ini diaktifkan kembali, salah satunya juga untuk mendukung akses menuju Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung.
Sejak Mei 2018, masyarakat pun sebenarnya telah mendesak agar proyek ini bisa segera terealisasi. Ujang, 45 tahun, seorang tokoh warga Kabupaten Pandeglang, Banten, pada pada Mei 2018, menyebutkan bahwa reaktivasi jalur kereta api ini akan membebaskan Pandeglang, dari ketertinggalan. Pandeglang adalah salah satu daerah yang dilewati oleh rel ini.
Kepala Humas Balai Teknik Perkeretapian Wilayah Jakarta dan Banten, Kementerian Perhubungan, Samsuri, mengatakan pembebasan lahan ditargetkan bisa rampung akhir 2019. Lalu pada 2020, pembangunan akan dimulai pada segmen I yaitu Rangkasbitung-Pandeglang. "Sepanjang 18,7 kilometer," ujarnya. Pembangunan diharapkan selesai dalam dua tahun sehingga rampung pada 2022.
Baca berita tentang kereta api lainnya di Tempo.co.
Lihat Video Stasiun Modern di Jalur Bekasi - Jatinegara
ANTARA