TEMPO.CO, Jakarta - Peningkatan mutu produk lokal dinilai sebagai salah satu solusi mengatasi defisit neraca perdagangan karena memperbesar peluang produk tersebut menjadi barang substitusi impor bahan baku.
"Bahan baku kita sangat bergantung kepada produk impor," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), Yunita Rusanti, dalam lokakarya Peningkatan Wawasan Statistik Kepada Media di Bogor, Sabtu, 24 November 2018.
Menurut dia, hal itu menambah pekerjaan rumah bagi pemerintah agar bahan baku yang diimpor itu dapat diganti dengan produk domestik.
Yunita mencontohkan dia pernah berbicara dengan pengusaha yang memberitahukan mengapa masih menggunakan garam impor, karena komoditas garam impor dinilai memiliki kandungan NaCl yang lebih tinggi dibandingkan lokal.
"Memang berat PR pemerintah, karena tidak mudah mengganti impor dengan produk lokal," katanya.
Ia berpendapat penggunaan produk lokal yang mutunya kurang bagus, berpotensi menurunkan kualitas barang yang diproduksi. Apalagi bila ternyata produk itu akan diekspor ke depannya.
Bank Indonesia mencatat defisit neraca transaksi berjalan pada kuartal III 2018 meningkat menjadi 3,37 persen dari PDB atau sebesar 8,8 miliar dolar AS, dibandingkan kuartal II 2018 yaitu 3,02 persen dari PDB atau 8 miliar dolar AS.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan efektifitas kebijakan pemerintah untuk mendorong ekspor dan mengurangi impor dapat mulai terlihat untuk menekan defisit transaksi berjalan pada triwulan IV-2018.
ANTARA