Jakarta - Marketplace perdagangan online atau e-commerce Indonesia, Bukalapak, bakal menggenjot kualitas dari 4 juta pelapak yang berdagang di platform tersebut. Ini merupakan upaya Bukalapak untuk mengantisipasi tantangan ke depan, termasuk soal rencana kedatangan raksasa e-commerce dunia ke Indonesia yaitu Amazon.
Baca juga: Achmad Zaky: Produk Dalam dan Luar Negeri di Bukalapak, 50 - 50
"Meningkatkan kualitas pelapak jadi upaya kami menghadapi itu. Kami ingin para pelapak naik kelas, menjadi berkelas dunia," kata CEO dan pendiri Bukalapak, Achmad Zaky, dalam acara Kopdar Akbar Komunitas Bukalapak di Senayan City, Jakarta Selatan, Sabtu, 24 November 2018.
Salah satu contoh diungkapkan Zaky pada aktivitas e-commerce di Shenzhen, Cina. Di sana, kata dia, para pedagang online, seperti para pelapak di Bukalapak, telah bisa merespons pertanyaan dari konsumen dalam hitungan detik. Lalu, barang yang dikirimkan ke pelanggan pun sudah dikemas dengan sangat baik dan terjamin.
Pada 21 September lalu, Vice President Amazon, Werner Vogels, menemui Presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk mengungkapkan keinginan Amazon berinvestasi di Indonesia. Vogels misalnya, mengungkap rencana investasi di Indonesia senilai US$ 1 miliar AS untuk jangka waktu 10 tahun ke depan.
Zaky melanjutkan, salah satu upaya dilakukan Bukalapak adalah melalui acara Kopdar Akbar yang mempertemukan ratusan komunitas pelapak di berbagai daerah di Indonesia ini. Dalam acara tersebut, para pelapak mengikuti workshop yang membahas berbagai aspek pengembangan bisnis, mulai dari cara pengemasan yang baik, teknik memotret produk, hingga pemahaman soal hak cipta. "Jangan nanti ketika brand-nya telah besar, terus diambil orang lain," ujarnya.
Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf berharap para pedagang online di Indonesia, terutama yang berasal dari UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) bisa naik kelas. "Jangan stay UMKM." Sebab jika tidak menyiapkan diri bersaing secara internasional, seperti dengan Alibaba dan Amazon, kata Triawan, maka Indonesia bisa kalah. Saat ini ada 400 juta lebih produk dari Cina yang siap memakan produk-produk dari para pedagang di Indonesia.
Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika bidang Ekonomi Digital, Lis Sutjiati menyebut pemerintah telah mengidentifikasi sejumlah masalah dalam pengembangan marketplace-marketplace seperti Bukalapak. Di antaranya yaitu masalah pendanaan, pajak, perlindungan konsumen, logistik, internet, dan talenta. "Kominfo membantu lewat internet, 2019 jaringan fiber optic sudah terbangun di seluruh di Indonesia," ujarnya.