TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) Sutarto Alimoeso menyarankan Badan Urusan Logistik agar menggelontorkan stok beras hingga 1,5 juta ton hingga Januari 2019. Dengan begitu, harga pangan tidak bakal bergejolak hingga awal tahun depan.
BACA: Indef Nilai Perbaikan Data Beras Tak Cukup Bendung Inflasi Pangan
"Jangan teriak stok banyak lalu harga naik dibilang anomali, kalau stok ada tetapi enggak digelontorkan ya sama saja," ujar bekas Direktur Utama Bulog itu di Kampus Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta, Kamis, 22 November 2018.
Sutarto menyebut saat ini adalah waktu yang tepat bagi pemerintah untuk melepas stoknya. Sebab berdasarkan tren setiap tahun, ada kecenderungan kenaikan harga pada akhir tahun. Kenaikan harga beras itu dipicu oleh kenaikan harga gabah.
"Makanya supaya tidak ada kenaikan, pasar harus diisi dengan harga yang dikehendaki pemerintah, sehingga harga turun," ujar Sutarto. "Harus bisa melepas sampai 1,5 juta ton hingga Januari 2018, bahkan kalau bisa hingga 2 juta ton," ujar Sutarto. Adapun stok yang saat ini dimiliki Bulog ada sekitar 2,4 juta ton beras.
Sutarto mengatakan tingginya stok Bulog tidak bakal menyelesaikan permasalahan, kalau tidak digelontorkan ke pasar. Sejatinya, dia mengingatkan tugas Bulog adalah mengamankan harga di level produsen dan menstabilkan harga di konsumen.
Menurut Sutarto, sangat memungkinkan bagi Bulog untuk menggelontorkan stoknya ke pasar. Apalagi, sesuai tren, Indonesia akan mulai memasuki masa panen pada Februarii. Saat itu adalah waktu yang tepat bafi Bulog untuk menyerap beras di pasar.
Perkara perlu atau tidaknya impor di tahun depan, tutur Sutarto, bergantung kepada stok akhir, perkembangan harga, hingga pengadaan dalam negeri. "Kalau harga tidak bergejolak ya tidak impor," kata dia. "Kalau ada gejolak, lihat dulu distribusi dan produksinya."
Direktur Operasional Pelayanan Publik atau OPP Perum Bulog, Tri Wahyudi Saleh, menuturkan penyebab naiknya harga beras. Padahal, stok beras Bulog melimpah. "Biasanya bulan Oktober- November sudah mulai berkurang panen," ujar .
Tri menjelaskan, di bulan Februari masuk masa panen, sehingga harga beras akan turun kembali. Saat ini, di Pasar Induk Beras Cipinang, harga ecer tertinggi atau HET untuk 1 kilogram beras Rp 9.400, sehingga operasi pasar dilakukan. Menurut Tri, kenaikan yang terjadi masih kecil, namun pemerintah langsung melakukan tindakan preventif untuk menstabilkan harga. "kenaikannya baru 0,15 persen," ucap Tri.
Bulog akan menyalurkan 2 ribu ton beras perharinya. Tri menargetkan menyalurkan 5 ribu - 6 ribu ton perminggunya ke pasar induk. Harga beras yang dijual Rp 8.500 per kilogram untuk penjualan di pasar induk.
Beras-beras tersebut, kata Tri, juga akan disalurkan ke pasar turunan. Namun, harga yang dijual Rp 9.000. "Insya Allah kami akan support, Bulog stoknya cukup," kata Tri.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan ada anomali pada kondisi pangan. Dia mengatakan stok beras melimpah, tetapi masih ditemukan harga beras dijual di atas HET.
"Ada anomali hari ini. Kami yakin. Karena suplai cukup, bahkan berlebih, stok Bulog cukup, bahkan kita satu bulan lagi mau panen, tapi harga naik. Ini ada anomali," kata Amran.
CAESAR AKBAR | CHITRA PARAMAESTI