TEMPO.CO, Jakarta- Direktur Operasional Pelayanan Publik atau OPP Perum Bulog, Tri Wahyudi Saleh, menuturkan penyebab naiknya harga beras. Padahal, stok beras Bulog melimpah. "Biasanya bulan Oktober- November sudah mulai berkurang panen," ujar dia di Pasar Induk Beras Cipinang, Kamis, 22 November 2018.
BACA: Kementan: Harga Beras Sering Naik Karena Ibu-ibu Nyetok
Tri menjelaskan, di bulan Februari masuk masa panen, sehingga harga beras akan turun kembali. Saat ini, di Pasar Induk Beras Cipinang, harga ecer tertinggi atau HET untuk 1 kilogram beras Rp 9.400, sehingga operasi pasar dilakukan.
Menurut Tri, kenaikan yang terjadi masih kecil, namun pemerintah langsung melakukan tindakan preventif untuk menstabilkan harga. "kenaikannya baru 0,15 persen," ucap Tri.
Bulog akan menyalurkan 2 ribu ton beras perharinya. Tri menargetkan menyalurkan 5 ribu - 6 ribu ton perminggunya ke pasar induk. Harga beras yang dijual Rp 8.500 per kilogram untuk penjualan di pasar induk.
BACA: Indef Nilai Perbaikan Data Beras Tak Cukup Bendung Inflasi Pangan
Beras-beras tersebut, kata Tri, juga akan disalurkan ke pasar turunan. Namun, harga yang dijual Rp 9.000. "Insya Allah kami akan support, Bulog stoknya cukup," kata Tri.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan ada anomali pada kondisi pangan. Dia mengatakan stok beras melimpah, tetapi masih ditemukan harga beras dijual di atas HET.
"Ada anomali hari ini. Kami yakin. Karena supply cukup, bahkan berlebih, stok Bulog cukup, bahkan kita satu bulan lagi mau panen, tapi harga naik. Ini ada anomali," kata Amran.
Baca berita tentang beras lainnya di Tempo.co.