TEMPO.CO, Jakarta - Calon presiden Prabowo Subianto mengatakan tax ratio atau rasio penerimaan pajak terhadap produk domestik bruto saat ini masih kalah jika dibandingkan pada era Orde Baru. Menurut dia, di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto saat ini, tax ratio bisa mencapai angka 14 persen dari Gross Domestic Product atau PDB.
Baca: Hadiri IEF, Prabowo: Saya Jarang Dapat Undangan Seperti Ini
"Di era Orde Baru tax ratio mencapai 14 persen dan bahkan bisa sampai angka 16 persen dari PDB," kata Prabowo saat memberikan pidato di Hotel Shangrilla, Karet, Jakarta Selatan, Rabu 21 November 2018.
Pidato Prabowo tersebut disampaikan saat dirinya menghadiri acara Indonesia Economic Forum atau IEF di Shangrilla Hotel, Rabu, 21 November 2018. Dalam acara tersebut Prabowo hadir dan meberikan pidato keynote address yang berjudul "The Path Ahead for Indonesia."
Adapun rata-rata tax ratio Indonesia hingga 2017 saat ini masih tergolong kecil, hanya berkisar antara 10-12 persen dari PDB. Padahal di kawasan Asia Tenggara, rasio pajak rata-rata sebesar 15 persen dari PDB.
Prabowo melanjutkan, saat ini tax ratio Indonesia juga telah ketinggalan dari negara negara-negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia yang telah mencapai angka tax ratio sebesar 18 persen. Bahkan, Indonesia menurut catatan Prabowo juga kalah dari negara Afrika soal tax ratio.
Misalnya seperti Zambia yang saat ini tax ratio telah mencapai angka 16 persen. Padahal, seringkali negara Afrika dan manusianya dipandang rendah, tapi nyatanya ada negara yang bisa lebih bagus daripada Indonesia.
"Karena itu sepertinya, (bangsa Indonesia) perlu pergi ke sana (Zambia) dan belajar kepada pemerintah di sana, bagaimana mereka bisa melakukan menajemen yang baik seperti mereka," kata Prabowo.
Menurut Prabowo kondisi masih rendahnya tax ratio tersebut karena ada yang salah dalam melakukan manajemen ekonomi oleh pemerintah. Selain itu, kondisi itu terjadi karena pemerintah gagal melakukan efisiensi ekonomi terutama yang dilakukan oleh birokrasi di dalamya.