TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah menyebutkan perubahan Daftar Negatif Investasi (DNI) 2018 dari sebelumnya DNI 2016 (Perpres 44/2016) untuk membidik investasi top dunia atau investor besar yang dapat berkontribusi untuk mendorong ekspor dan substitusi impor.
Simak: Kementerian Pertanian: 4 Investor Minati Budi Daya Jagung
Staf Khusus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Edy Putra Irawadi mengatakan bahwa dengan membidik masuknya investasi yang berorientasi ekspor dan menghasilkan barang substitusi impor, diharapkan hal itu dapat menyelesaikan masalah fundamental current account deficit (CAD) di Tanah Air.
"Kita ingin membidik investasi level top dunia. DNI 2018 juga harus bisa berkontribusi untuk menyelesaikan masalah fundamental pada CAD kita, yakni jenis investasi yang dapat mendorong ekspor dan substitusi impor," kata dia seperti dilansir Bisnis.com Selasa 20 November 2018.
Edy menegaskan bahwa DNI 2018 ini lebih mengarah kepada optimalisasi dan ekspansi. Maka, lanjut dia, konsekuensinya harus melakukan penyisiran satu per satu jenis investasi mana saja yang penting dan masuk dalam level top dunia yang bisa mendorong investasi dengan cepat dan juga berkontribusi terhadap perbaikan ekspor impor di Tanah Air.
Edy menerangkan bahwa untuk sejumlah jenis investasi yang dinilai dapat menjadi substitusi impor antara lain seperti Soya Bean dengan lahan di atas 25 hektare. "Yang ini kita kasih syarat PMA 49% dan kita tambahi fasilitas tax allowance," ujarnya.
"Jenis lainnya yakni Raw Cane Sugar, dari sebelumnya di DNI 2016 itu syaratnya investor harus membuat kemitraan, sekarang di DNI 2018 syaratnya tidak lagi seperti itu tapi inti plasma," ujarnya.
Kemudian, lanjut Edy, jenis investasi Machinery, Mechanical Appliances, dan Boiler tertentu yang sebelumnya di DNI 2016 adalah Kemitraan, sekarang di DNI 2018 dipertegas kemitraannya dan usualnya diberikan tax holiday.