TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan tindakan aktivis Greenpeace yang menaiki kapal kargo yang membawa minyak sawit merupakan tindakan yang tidak benar.
Baca: Wilmar Irit Bicara Soal Penahanan Enam Aktivis Greenpeace
"Saya pikir mereka memasuki kapal pembawa palm oil ke Eropa kan langkah yang tidak bagus. Ya gimana, mereka kan masukin kapal orang," kata Luhut saat ditemui di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Senin, 19 November 2018.
Pernyataan Luhut menanggapi enam aktivis yang naik ke atas Kapal Stolt Tenacity yang membawa minyak sawit dari kilang penyulingan Wilmar di Dumai, Riau. Dari enam aktivis tersebut, diketahui satu diantaranya berasal dari Indonesia. Dan lima orang lainnya berasal dari Jerman, Inggris, Perancis, Kanada dan Amerika Serikat.
Atas kejadian itu, Luhut mengusulkan untuk mengaudit Greenpeace Indonesia. "Kenapa mereka seenaknya aja begitu," tutur dia.
Luhut menjelaskan aktivis lingkungan juga harus memahami bahwa industri kelapa sawit memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia dan membuat lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Ia menyebutkan ada sekitar 17,5 juta orang yang terlibat dalam industri tersebut.
"Kalau dibikin begitu, yang susah orang Indonesia. Kalau dia orang Indonesia harus juga menghormati negaranya sendiri," ucap Luhut.
Luhut menjelaskan 41 persen lahan kelapa sawit tersebut merupakan milik petani. Pemerintah juga sudah melakukan program replanting untuk lahan kelapa sawit tersebut. "Itu dampak dari palm oil ini juga saya bicara sama World Bank, sebenarnya itu membantu pengentasan kemiskinan," kata dia.
Enam aktivis Greenpeace ditahan karena melakukan aksi damai dengan menaiki kapal kargo sepanjang 185 meter yang berisi muatan minyak sawit dari Wilmar International. Aksi dilakukan di atas Kapal Stolt Tenacity di perairan Teluk Cadiz di dekat Spanyol.
Baca: 6 Aktivis Greenpeace Ditangkap, Wilmar: Itu Kapal Asing
Sebelum ditahan, para aktivis Greenpeace berhasil membentangkan spanduk bertuliskan 'Save our Rainforest dan Drop Dirty Palm Oil'. Kapten kapal itu disebut telah diberitahu melalui saluran radio VHF tentang protes damai tersebut. Namun, kapten justru menahan para relawan di salah satu kabin kapal kargo.