TEMPO.CO, Jakarta - PT Pelabuhan Indonesia I atau Pelindo I bakal melaksanakan ekspor perdana di Pelabuhan Internasional Hub Tanjung Kuala di Kabupaten Batubara, pantai timur Sumatera Utara. Debut ekpor ini dilakukan bersamaan dengan soft launching dari pelabuhan. Saat ini, pembangunan tahap I di pelabuhan ini telah mencapai 99 persen dan akan beroperasi penuh pada Februari 2018.
Baca juga: Kemenko Maritim Ingin Kuala Tanjung Jadi Pintu Perdagangan CPO
"Minggu pertama Desember, sudah uji coba untuk ekspor dari Kuala Tanjung," kata Direktur Utama Pelindo I, Bambang Eka Cahyana, usai penandatanganan kerja sama pemberian kredit atau pinjaman dari sindikasi Bank BUMN dengan Pelindo I di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Senin, 19 November 2018.
Jika telah beroperasi penuh, Pelindo I menargetkan volume ekspor bisa mencapai 500 hingga 600 kontainer per hari. Saat ini, ada sejumlah perusahaan yang tertarik dan akan memulai ekspor perdana dari pelabuhan ini.
Beberapa di antaranya yaitu 400 kargo milik perusahaan Unilever, 200 kargo Grup Wilmar, dan 50 sampai 100 kargo dari perusahaan rokok di Pematang Siantar, Sumatera Utara. "Tujuannya Cina dan Taiwan," kata Bambang.
Pada hari yang sama, anak usaha dari Pelindo I yaitu PT Prima Multi Terminal yang menggarap pengerjaan digitalisasi infrastruktur pelabuhan Tanjung Kuala, resmi mendapatkan pinjaman sebesar Rp 479 miliar dari BUMN bidang pendanaan yaitu PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero). Pinjaman ini melengkapi kredit sebesar Rp 21 triliun yang telah diterima Prima Multi Terminal dari sindikasi tiba bank BUMN yaitu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, pada 2016 lalu.
Pelabuhan ini berlokasi di titik yang sangat strategis yaitu di bibir Selat Malaka dan berhadapan langsung dengan Kuala Lumpur, Malaysia. Pada tahap pertama oleh Prima Multi Terminal, pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung meliputi terminal multiguna dengan kapasitas arus peti kemas 600 ribu TEUs (Twenty Foot Equivalent Unit) atau setara 812 ribu kotak. Targetnya, kapasitas ini bisa terus bertambah hingga menjadi 1,2 juta TEUs saat seluruh tahapan pembangunan pelabuhan rampung 2023 nanti.
Setelah diresmikan Februari 2019, terminal ini bakal didukung sejumlah peralatan bongkar muat yang terdiri dari, 3 unit Ship to Shore (STS) Crane, 8 unit Automated Rubber Tyred Gantry (ARTG) Crane, 21 unit truck terminal, 2 unit MHC, dan Terminal Operating System (TOS) peti kemas maupun curah cair.
Hingga akhir 2017 lalu, Bambang menjelaskan bahwa sedikitnya ada tiga perusahaan pelayaran asing yang juga telah berkomitmen singgah di Kuala Tanjung, yakni Maersk Line, Wan Hai, dan China Shipping. Menurut Bambang Kuala Tanjung bakal menjadi pintu gerbang bagi arus perdagangan Sumatra ke pasar internasional. Bagi dia, uji coba ekspor perdana ini menjadi tahap krusial untuk membangun kepercayaan terhadap pengguna jasa.
Selang sebulan dari target pengoperasian penuh yaitu Maret 2018, jalur kereta api dari Bandartinggi, Kabupaten Simalungun ke Pelabuhan Kuala Tanjung sepanjang 21,5 kilometer pun akan rampung. Jalur kereta api ini akan mendukung konektivitas Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei menuju Pelabuhan Kuala Tanjung, sehingga menjadi daya tarik investor untuk berinvestasi di kawasan tersebut.
Vice President PT Kereta Api Indonesia (KAI) Divisi Regional 1 Sumatera Utara, Aslikan, menyebutkan KAI siap mengoperasikan kereta api barang di jalur itu. "Manajemen KAI yakin dengan adanya kawasan terpadu industri, pelabuhan dan kereta api, volume barang yang diangkut akan lebih banyak," kata Aslikan.
FAJAR PEBRIANTO I ANTARA I BISNIS