TEMPO.CO, Lamongan - Presiden Joko Widodo atau Jokowi hari ini mengecek harga kebutuhan bahan pangan ke Pasar Sidoarjo, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Dalam kesempatan itu Jokowi meminta agar pihak-pihak yang menyatakan harga naik membuktikan sendiri dengan mendatangi pasar.
Baca: Jokowi Izinkan Asing Kuasai 100 Persen Saham di 54 Industri Ini
"Ya, dicek sendiri ke pasar. Wong di Jatim inflasinya 1,78 mau naik bagaimana? Stabilitas harga dijaga di Jatim, secara nasional inflasi di 3,5 (persen)," katanya, Senin, 19 November 2018.
Artinya, kata Jokowi, harga sejumlah barang relatif terkendali. "Angkanya dari situ, jangan diambil saat harga satu barang pas naik langsung (semua) disebut naik. Biasa, harga naik itu, biasa."
Pernyataan itu disampaikan Jokowi setelah mengecek bahwa ada sejumlah barang yang harganya turun di Pasar Sidoarjo. "Tadi saya melihat yang turun itu waktu saya ke (pasar) Bogor, (harga) cabai masih di atas Rp 30 ribu. Ini tadi saya beli sudah Rp 17 ribu," katanya
Kegiatan berbelanja di pasar tersebut dilakukan Jokowi seusai meresmikan masjid kampus Ki Bagus Hadikusumo dan perubahan bentuk perguruan tinggi Muhammadiyah serta peletakan batu pertama pembangunan tower Universitas Muhammadiyah Lamongan di kampus STIKES Lamongan. Saat berbelanja, Presiden ditemani Ibu Negara Iriana Joko Widodo dan Gubernur Jawa Timur Soekarwo.
Presiden Jokowi tampak membeli cabai, kacang tanah, wortel, dan sawo. Pada kesempatan itu, Jokowi bertanya mengenai harga beras. "Sebetulnya jangan terlalu tinggi-tinggi, tetapi jangan terlalu rendah. Karena kalau rendah petani yang kasihan, kalau terlalu tinggi masyarakat yang kasihan," tuturnya.
Lebih jauh Jokowi mengatakan bahwa tugas pemerintah adalah menjaga kestabilan harga bahan pokok. "Inilah keseimbangan yang harus kita jaga, supaya supply dan demand itu pada posisi yang baik, stabil sehingga harganya tidak terlalu melonjak naik tetapi juga jatuh turun."
Jokowi mengaku bahwa ada sedikit kenaikan harga barang, tetapi juga ada harga barang yang turun. "Yang turun (harga) cabai dari di atas Rp 30 ribu jadi Rp 17 ribu, beras naik sedikit, tetapi ini stabil, tadi Pak Gubernur (Seokerwo) menyampaikan inflasi 1,78 itu sangat stabil," ucapnya.
Baca: Pada kesempatan itu, Ibu Negara Iriana Joko Widodo membeli 20 butir telur asin seharga Rp 80 ribu dan sebuah pepaya. Ia tidak menawar harga barang tersebut dan langsung memberikan uang Rp 100 ribu tanpa meminta kembalian kepada pedagang.
Wakil Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional Dradjad Wibowo sebelumnya menyebutkan scara umum kelemahan pemerintahan Jokowi adalah di sektor ekonomi. Drajad mengatakan tim ekonomi yang dimiliki Jokowi belum bisa mengantarkan sang presiden melunasi janji-janjinya terkait perekonomian Indonesia.
Untuk itu, Drajad mengatakan kubu Prabowo sekarang mulai merilis satu per satu gagasan program sektor ekonomi, khususnya pangan, kepada masyarakat. Misalnya, program untuk meningkatkan produksi pangan atau pertanian dan stabilisasi harga pangan sebagai salah satu prioritas.
"Kami kontraskan program ini dengan kegagalan swasembada pangan yang dijanjikan Pak Jokowi," ujar Drajad. "Kami kontraskan dengan situasi di mana harga pangan sering melonjak-lonjak."
Kritik soal pangan bukan baru pertama kali dilontarkan oleh kubu Prabowo. Sebelumnya, Ketua Dewan Pertimbangan Partai Berkarya Titiek Soeharto juga melontarkan kritik terkait janji kampanye Presiden dan Wakil Presiden Joko Widodo - Jusuf Kalla saat pemilihan presiden 2014. Menurut dia, masih ada janji kampanye Jokowi yang tidak tercapai hingga kini, salah satunya di bidang pertanian dan pangan.
Baca: Titiek Soeharto Kritik Janji-janji Swasembada Pangan Jokowi
Menurut Titiek, janji Jokowi belum memenuhi janjinya lantaran sampai sekarang program swasembada pangan masih belum tercapai yang berimbas pada banyaknya impor pangan. "Waktu itu ada janji dalam waktu tiga tahun akan swasembada padi jagung kedelai, tapi nyatanya sampai sekarang bukan swasembada, malah impor," ujar Titiek di Cilegon pekan lalu.
ANTARA | CAESAR AKBAR