TEMPO.CO, Jakarta - Vice President Director al Wilmar Nabati Indonesia, Erik Tjia, tidak banyak berkomentar soal aksi yang dilakukan oleh enam aktivis Greenpeace di perairan Teluk Cadiz, di dekat Spanyol. Dalam aksi itu, enam aktivis naik ke atas Kapal Stolt Tenacity yang membawa minyak sawit dari kilang penyulingan Wilmar di Dumai, Riau.
"Tunggu saja, akan ada respon resmi dari Wilmar," kata Erik saat dihubungi di Jakarta, Minggu, 18 November 2018. Tempo juga mencoba menghubungi Komisaris PT Wilmar Nabati Indonesia, Master Parulian Tumanggor, namun belum ada jawaban.
Kejadian ini bermula ketika enam aktivis tersebut membentangkan spanduk bertuliskan "Save Our Rainforest dan Drop Dirty Palm Oil." Tidak diketahui bagaimana cara keenam aktivis naik ke atas kapal kargo ini. Namun, saat ini, keenamnya dikabarkan telah ditahan oleh awak kapal kargo tersebut.
Juru kampanye di kapal Greenpeace Esperanza Hannah Martin, dalam keterangannya mengatakan, pihaknya memiliki keterbatasan kontak radio dengan sukarelawan yang ditangkap. Dia berujar, Greenpeace juga telah meminta kapten kapal untuk membebaskan relawan.
Greenpeace menyatakan, Wilmar adalah pemasok utama minyak sawit untuk perusahaan makanan ringan Mondelez. Perusahaan itu merupakan salah satu pembeli minyak sawit terbesar di dunia untuk digunakan pada banyak produknya terkenal seperti biskuit Oreo, cokelat Cadbury, dan biskuit Ritz.
Investigasi Greenpeace International menemukan, pemasok minyak sawit Mondelez telah menghancurkan 70.000 hektare hutan di seluruh Asia Tenggara dalam dua tahun. Greenpeace menemukan bukti ihwal persoalan kebakaran hutan, mempekerjakan anak-anak, eksploitasi pekerja, penebangan ilegal hingga perampasan tanah.
Beberapa minggu sebelum itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sebenarnya akan mengevaluasi izin 2,5 juta hektare kawasan hutan di Indonesia yang menjadi kebun sawit. Di sisi lain, KLHK mencatat tingkat kebakaran hutan di Indonesia telah menurun drastis dalam tiga tahun terakhir. Dari 2,6 juta hektare di tahun 2015, menjadi194.757 hektare saja di tahun 2018.
FAJAR PEBRIANTO | YUSUF MANURUNG