TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat ekonomi Faisal Basri menyamakan Presiden Amerika Serikat dengan Calon Presiden RI Prabowo Subianto soal rencana kebijakan impor. Hal itu Faisal sampaikan kepada Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto soal target netto ekspor dalam peta jalan atau road map Making Indonesia 4.0.
BACA: Titiek Janji Bila Prabowo Menang RI Akan Seperti Era Soeharto
"Saya rasa tidak perlu peranan ekspor netto, karena kalau peranan ekspor netto kita menjadi negara yang kita pengen ekspor tapi kurangin impor. Apa bedanya dengan Trump dan Prabowo? Indonesia first, Amerika first, tidak jaman," kata Faisal dalam Tempo Economic Briefing di Ballroom II The Ritz Carlton, Jakarta, Kamis, 15 November 2018.
Faisal mengatakan dalam peta jalan Making Indonesia 4.0 pada 2030 termaktub kontribusi ekspor netto sebesar 10 persen dari produk domestik bruto."Ini menurut saya mustahil, dan jangan lah membuat target pakai netto ekspor," ujar Faisal.
BACA: Viral, Netizen Tanggapi Titiek Ingin Lanjutkan Program Soeharto
Faisal mengatakan di dunia yang paling hebat ekspor nettonya adalah Singapore sebesar 24,2 persen. Namun kata Faisal hal itu karena Singapore ekspor impornya lebih besar dari PDB dan merupakan negara transhipment.
Menurut Faisal kontribusi ekspor netto Jerman hanya 7,9 persen, Malaysia 7,1 persen, Jepang 1 persen. "Cina 1,9 persen saja. Ko kita mau 10 persen? Ekspor barang dan jasa-jasa manufaktur, termasuk pariwisata dan sebagainya. Jadi Pak Airlangga tolong dikoreksi," ujar Faisal.
Airlangga Hartarto menanggapi kritik Faisal tersebut. "Nama pak Faisal, kalau tidak mengkritik namanya bukan pak Faisal," kata Airlangga.
Airlangga mengatakan netto ekspor Indonesia pernah 10 persen di 2000. Artinya, kata Airlangga kebijakan sekarang yang menghidupkan untuk ekspor, melakukan investasi di impor subtitusi, tax holiday dengan berbagai fasilitas, bisa tercapai.
Airlangga mencontohkan industri mobil ekspor 25 persen sudah ekspor, bahkan menjadi mother plan untuk kawasan ASEAN. "Demikian juga indutri motor cycle kita.
sehingga kita melihat potensi tetap ada dengan 90 persen lokal konten, dengan perdalaman struktur, potensi kita tetap besar," kata dia.
Selanjutnya ia mengatakan industri kelapa sawit dan turunan sudah menjadi andalan ekspor. "Kalau semua yang berpotensi pada ekspor sudah maju, 10 persen itu bukan sesuatu yang tidak bisa dicapai," ujar Airlangga.
Baca berita tentang Prabowo lainnya di Tempo.co.