TEMPO.CO, Jakarta - Transaksi uang elektronik pada triwulan III 2018 melambung tinggi bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2017. Bank Indonesia mencatat transaksi uang elektronik tumbuh sebesar 300,4 persen pada kuartal III 2018.
BACA: Perbanas Kaji Rencana Alipay dan WeChat Ekspansi ke RI
"Itu didorong menguatnya preferensi masyarakat bertransaksi melalui platform teknologi finansial dan e-commerce," ujar Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo di kantornya, Kamis, 15 November 2018.
Pada lini pembayaran non-tunai, selain adanya lonjakan pada uang elektronik, pertumbuhan juga tampak pada pembayaran berbasis kartu. Tercatat, ada pertumbuhan transaksi masyarakat menggunakan anjungan tunai mandiri alias ATM debit, kartu kredit dan uang elektonik sebesar 12,1 persen pada triwulan III 2018.
"Angka itu meningkat dari sebelumnya 9,6 persen pada triwulan sebelumnya," ujar Perry.
BACA: Pembayaran Pakai Kartu Lebih Menguntungkan? Cek Faktanya
Kendati demikian, dari sisi pembayaran nontunai wholesale, kata Perry, rata-rata harian nominal transaksi BI real time gross settlement menurun sebesar 2,3 persen year-on-year, dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 6,33 persen year-on-year.
Sementara pada sistem pembayaran ritel, rata-rata harian nominal kliring melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia atau SKNBI tumbuh 7,3 persen. Angka itu meningkat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,08 persen year-on-year.
Sementara itu, dari sisi pembayaran tunai, Perry mengatakan posisi uang yang diedarkan tumbuh 10,7 persen ketimbang tahun sebelumnya. Angka itu naik 1,2 persen di triwulan sebelumnya.
Statistik tersebut, menurut Perry, menunjukkan perekonomian domestik tetap baik ditopang kelancaran sistem pembayaran yang terpelihara, baik dari sisi tunai, maupun non tunai. "Bank Indonesia akan terus memastikan kelancaran dan ketersediaan sistem pembayaran nasional, baik sistem yang dioperasikan oleh Bank Indonesia maupun diselenggarakan oleh industri, sehingga tetap mendukung upaya menjaga stabilitas makroekonomi," ujar dia.
Baca berita tentang uang elektronik lainnya di Tempo.co.