TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah diminta untuk mewaspadai tekanan harga pangan atau inflasi pada akhir tahun atau pada Desember 2018. Wakil Direktur Institute of Development of Economics and Finance atau Indef, Eko Listiyanto mengatakan hal ini berdasarkan data sejak beberapa tahun terakhir khususnya yang tergambar inflasi barang bergejolak atau volatile food di akhir tahun selalu terjadi.
Baca: 3 Sebab Inflasi Oktober 2018: Harga Cabai, Bensin dan Sewa Rumah
Eko menjelaskan, inflasi barang bergejolak terutama terjadi karena lonjakan harga beberapa komoditas bahan pangan. "Dari data time series, memasuki November, inflasi barang bergejolak atau volatile food akan meningkat dan baru menurun di bulan Januari," kata Eko, di Jakarta, Kamis, 15 November 2018.
Lebih jauh Eko memperkirakan lonjakan harga berpotensi kembali terjadi di bulan Desember 2018. "Sehingga perlu dilakukan antisipasi agar lonjakan tidak terlalu tinggi," katanya dalam diskusi bertajuk "Mewaspadai Inflasi Pangan".
Menurut catatan Badan Pusat Statistik atau BPS, pada Desember 2017 kemarin tingkat inflasi mencapai 0,71 persen. Sedangkan inflasi volatile food mencapai angka 2,46 persen. Angka inflasi tersebut tercacat lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi yang terjadi pada Desember 2016 yang mencapai angka 0,12 persen dengan inflasi volatile food mencapai 0,47 persen.
Oleh karena itu, menurut Eko, capaian inflasi volatile food pada Oktober 2018 sebesar 0,17 persen secara month to month tidak cukup menjadi indikasi stabilnya harga pangan. Sebabnya, jika merujuk pada data tiga tahun terakhir sejak 2015 hingga 2017, pada kelompok volatile food selalu mengalami deflasi.
Sedangkan pada Oktober 2018 volatile food justru mengalami inflasi. Eko juga mengungkapkan, bahwa pemerintah perlu berhati-hati terhadap terjadinya depresiasi nilai tukar rupiah.
Sebab, ternyata depresiasi rupiah juga ikut mendorong tingkat inflasi inti. Misalnya, ketika rupiah bergejolak sehingga melonjak ke level Rp 14.414 per dollar AS pada Juli 2018, inflasi inti ikut melonjak ke angka 0,41 persen. "Angka itu merupakan angka tertinggi inflasi inti sepanjang Januari hingga Oktober 2018," tuturnya.
Baca: Inflasi Turki Melonjak 25 Persen, Bagaimana Dampaknya ke Lira?
Karena itu, Eko meminta pemerintah untuk bersiap menghadapi kemungkinan terjadinya inflasi pangan di akhir tahun. Apalagi, jika merujuk data time series sejak tahun inflasi di akhir tahun terhadap harga pangan tercatat selalu terulang.