TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah memperkirakan neraca perdagangan Oktober masih akan defisit tipis di kisaran US$ 500 juta hingga US$ 1 miliar.
Baca juga: Neraca Perdagangan Surplus, Jokowi: Kinerja Pemerintah Membaik
"Sepanjang tahun ini impor kita cukup tinggi, terutama disebabkan besarnya impor migas yang dipicu oleh kenaikan harga minyak mentah dan juga pelemahan rupiah," kata Piter saat dihubungi, Rabu, 14 November 2018.
Sementara di sektor non migas, kata Piter, impor barang modal dan bahan baku masih tinggi. Piter menduga hal tersebut terjadi karena pemupukan stok oleh para pengusaha mengantisipasi pelemahan rupiah.
Piter mengatakan impor barang modal dan bahan baku ini sampai triwulan III belum terlihat melambat dan diperkirakan masih cukup tinggi pada Oktober.
"Kemungkinan baru akan benar-benar melambat pada November dan Desember," kata Piter.
Hari ini Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia Oktober 2018, dan Perkembangan Upah Pekerja/Buruh Oktober 2018. Pengumuman tersebut akan digelar pada pukul 11.00 di kantor BPS.
Sebelumnya BPS mencatat surplus neraca perdagangan Indonesia pada September 2018 sebesar US$ 230 juta. Jumlah tersebut naik jika dibandingkan Agustus 2018 yang defisit sekitar US$ 1,02 miliar.