TEMPO.CO, JAKARTA - Kementerian Pertanian akan meningkatkan pembangunan industri pabrik pakan di titik-titik sentra produksi jagung baru yang ada saat ini. Jauhnya lokasi ladang baru yang berada di luar Pulau Jawa, dengan industri yang membutuhkan, disebut-sebut menjadi salah satu faktor utama tingginya harga jagung saat ini.
Baca: Mentan Sebut Stok Jagung Dalam Negeri Dikuasai Perusahaan Besar
Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan mencatat harga jagung sempat sudah mencapai Rp 5.380 per kilogram di tingkat petani. Angka ini naik dari harga acuan jagung sebesar Rp 4 ribu per kilogram Sesuai Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27 Tahun 2017. Awal November ini, pemerintah pun memutuskan mengimpor jagung dengan kuota maksimal 100 ribu ton.
Sekretaris Jenderal Kementan Syukur Iwantono mengatakan investor akan didorong dan difasilitasi untuk berinvestasi di budidaya jagung, pengeringan dan gudang penyimpanan. Langkah ini khususnya akan dimulai di kawasan tengah dan timur Indonesia.
Adapun skema bisnis yang akan dijalankan adalah pola usaha Inti-Plasma, yang berarti perusahaan mitra bertindak sebagai inti dan kelompok mitra sebagai plasma. "Sudah ada 5 investor yang berminat dan 1 sudah operasional untuk mengembangkan usaha budidaya jagung dan penanganan pasca panen serta distribusinya," ujar Syukur kepada Tempo, Rabu 14 November 2018.
Syukur mengatakan lokasi yang diminati ada di Riau, Banggai Sulawesi Tengah, Kutai Kertanegara Kalimantan Timur), Timor Tengah Utara Nusa Tenggara Timur, dan Seram Barat. Adapun luasan lahannya diperkirakan antara 5 ribu hingga 20 ribu hektar. "Peminatnya tiga dari domestik dan dua dari asing. Namun yang asing statusnya joint venture" kata dia.
Dari data Kementan, beberapa pabrik pakan yang ada saat ini tidak berada di dekat dengan ladang. Tercatat ada 93 pabrik pakan yang ada di Indonesia. 57 di antaranya berada di Pulau Jawa. "Beberapa pabrik di Banten, DKI Jakarta, Kalbar, dan Kalsel tidak berada di sentra produksi jagung," kata Syukur.
Sedangkan di sisi lain, data Kementan juga menunjukan luas panen Jagung yang ada di Indonesia berasal dari 33 Provinsi yang ada. Hanya Jakarta yang tak memiliki ladang jagung. "Sehingga ke depan perlu pemikiran kemungkinan adanya pengaturan berapa jagung yang dialokasikan untuk peternak mandiri kelas UKM, berapa untuk pabrik pakan, dan pangan, selebihnya untuk ekspor," kata Syukur.
Sekretaris Jenderal Dewan Jagung Nasional, Maxdeyul Sola, mengatakan bahwa permasalahan jauhnya rantai distribusi dari ini kerap menjadi biang kerok mahalnya harga jagung. Saat musim paceklik seperti saat ini saja, harga jagung telah menembus Rp 5 ribu.
Saat ini, kebanyakan pabrik pakan hampir terpusat di Jawa. "Kalau yang ditanam di Papua dan daerah luar Jawa lainnya, produksinya harus dibawa ke Jawa. Berapa besar nanti biayanya? Itu yang membuat mahal," kata Sola.
Sola pun mendukung upaya pemerintah untuk mendorong investasi di kawasan Tengah dan Timur Indonesia. Menurut dia, seharunya pembangunan pabrik pakan baru memang berada di daerah yang bisa dikembangkan jagung.
Pengamat ekonomi dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori juga mengatakan masalah transportasi ini menjadi permasalahan sejak dulu. Ia justru mendorong pemerintah jalur distribusi khusus untuk bahan pangan seperti beras dan jagung. "Sebetulnya program tol lautnya Pak Jokowi juga bagus, tapi ini belum menjawab masalah distribusi itu," ujar Khudori.
Untuk memastikan rencana investasi pabrik pakan di sentra produksi baru ini berjalan, Syukur mengatakan Kementan akan bersinergi dengan Perhutani dan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) untuk pengembangan budidaya jagung di lahan-lahan yang belum ditanami tanaman pokok. "Kami juga akan terus memantapkan sinergi dengan kementerian terkait untuk terus memperbaiki rantai pasok dan optimalisasi resi gudang untuk jagung," kata Syukur.