TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, Ketut Diarmita, menyebut harga jagung di pasaran naik lantaran telah dikuasai oleh sejumlah produsen pakan atau feedmill. Para produsen pakan ini menerapkan sistem ijon atau pembelian diawal berupa panjar pada saat jagung baru ditanam.
Baca: Mentan Sebut Stok Jagung Dalam Negeri Dikuasai Perusahaan Besar
"Jadi kalau ke lapangan, jagung itu sudah dipanjar, Itu nyata," kata Ketut dalam diskusi di Jakarta, Senin, 12 November 2018. Walhasil, kata dia, para peternak unggas mandiri pun tidak lagi kebagian jagung ataupun harus membeli dengan harga yang tinggi, Rp 5000 ke atas.
Jauh sebelum itu, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Sumarjo Gatot Irianto mengatakan bahwa secara umum produksi jagung nasional saat ini sangat baik. "Kita masih surplus sebesar 12,98 juta ton, dan bahkan Indonesia telah ekspor jagung ke Filipina dan Malaysia sebanyak 372.990 ton," kata dia dikutip dari Bisnis Indonesia, Kamis, 27 September 2018.
Sementara itu, Direktur Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Bambang Sugiharto bahwa dari Januari sampai September 2018, Indonesia sudah mengekspor 372 ribu ton jagung.
Jika dikurangi dengan rencana impor 100 ribu ton, maka masih ada selisih atau surplus 272 ribu ton. Setelah itu, angka itu ditambah dengan penghematan impor selama ini sekitar 3,5 juta ton pertahun atau setara Rp 10 triliun, maka surplus total menjadi 3,77 juta ton setahun.
Walau begitu, pemerintah tetap dilakukan dengan kuota sekitar 50 sampai 100 ribu ton untuk mengendalikan harga di pasaran. Nilai ini sebenarnya hanya sekitar 0,97 persen saja dibandingkan kebutuhan setiap tahun yang mencapai 10,26 juta ton per tahun. Sedangkan, kata Menteri Pertanian Amran Sulaiman, nilai impor ini sudah turun drastis dibandingkan total saat 2014 yang mencapai 3,5 juta ton.
Sebagai solusi atas masalah ini, Kementan ingin Bulog aktif melakukan intervensi dengan menyerap lebih banyak jagung petani. Menurut Ketut, Bulog harus bisa membeli jagung petani dengan harga yang sama dengan yang ditawarkan feedmill. Jika saja Bulog memiliki cadangan hingga 200 ribu ton, kata dia, maka jagung bisa dikeluarkan di saat terjadinya kenaikan harga seperti saat ini.
Belum diketahui berapa stok jagung Bulog saat ini. Data terakhir pada pertengahan 2017, stok jagung di Bulog hanya sekitar 63.000 ton. Jumlah tersebut tersebar di Divre Lampung, Divre DKI Jakarta- Banten, Divre Jateng, Divre Jatim, dan Divre Sulut - Gorontalo.
Melalui Peraturan Presiden Nomor 48 Tahun 2016 tentang Penugasan Kepada Perum Bulog dalam Rangka Ketahanan Pangan, pemerintah memang menugaskan Perum Bulog untuk mengelola beras, jagung, dan kedelai.
FAJAR PEBRIANTO | BISNIS