TEMPO.CO, Depok - Staf Ahli Kementerian Pembangunan dan Perencanaan Nasional atau Bappenas Bambang Priambodo mengatakan defisit transaksi berjalan (CAD) merupakan cerminan ekonomi domestik yang bergerak.
Baca juga: Saran Indef untuk Tekan Defisit Transaksi Berjalan
"Jadi intinya apabila ekonomi bergerak selama digunakan untuk yang produktif dari impor, ini kan produktif, meski perlu dicarikan solusi substitusi untuk menekan," kata Bambang usai menjadi pembicara di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Senin, 12 November 2018.
Meski pun saat ini defisit transaksi berjalan meningkat, kata Bambang, sebagian besar digunakan untuk kegiatan ekonomi. Sehingga itu meyakinkan masyarakat.
Bank Indonesia mengumumkan kenaikan angka defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2018 menjadi US$ 8,8 miliar atau 3,37 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka tersebut lebih tinggi ketimbang triwulan sebelumnya yang sebesar US$ 8 miliar atau 3,02 persen PDB.
"Defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan III 2018 meningkat sejalan dengan menguatnya permintaan domestik," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman dalam keterangan tertulis, Jumat, 9 November 2018.
Dengan kenaikan angka tersebut, kata Agusman, secara kumulatif hingga triwulan III CAD tercatat 2,86 persen PDB alias masih berada dalam batas aman.
Bambang mengatakan selain masalah barang atau ekspor impor, juga ada masalah jasa dalam CAD. Karena itu, kata Bambang, pariwisata harus lebih didorong. Kemudian pariwisata yang keluar negeri bisa kendalikan.
Bambang mengatakan ke depan pemerintah akan lebih menggenjot lagi ekspor dengan berbagai policy atau kebijakan guna menekan defisit transaksi berjalan. Menurut Bambang, pemerintah menjalankan fokus yang lebih baik, termasuk berupaya lebih mengadakan substitusi impor.