TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebut tidak bakal memberikan pengecualian kepada para pengusaha kapal terkait penggunaan biodiesel dengan campuran minyak sawit 20 persen alias B20 untuk angkutan laut. Sebab, menurut dia, penerapan kebijakan ini sudah melalui diskusi dengan berbagai pihak, termasuk pengusaha.
BACA: Pengusaha Kapal Usul Penggunaan B20 untuk Angkutan Laut Ditunda
Bahan bakar B0, kata Darmin, boleh dipergunakan antara lain untuk persenjataan Tentara Nasional Indonesia. Selain itu, diesel murni juga bisa digunakan oleh turbin pembangkit listrik Perusahaan Listrik Nasional alias PLN. Selain itu, semua pihak konsumen solar diwajibkan menggunakan biodiesel B20.
"TNI sudah setuju kalau angkutan sebesar apa pun, baik kapal maupun truk mereka juga menggunakan B20, kok ujug-ujug swasta mau minta pengecualian?" kata Darmin.
Ia menegaskan saat ini bahan bakar B0 sudah tidak ada di dalam negeri. Sebab, pemerintah telah memperluas mandatori B20 baik untuk bahan bakar bersubsidi maupun non subsidi. "Jadi enggak bisa pokoknya, itu sudah didiskusikan dengan matang," tutur Darmin.
Sebelumnya, Persatuan Pengusaha Pelayaran Niaga Nasional Indonesia alias INSA menyurati pemerintah guna memohon penundaan penggunaan Biodiesel dengan kadar minyak sawit 20 persen alias B20.
"Kami mendukung kebijakan pemerintah dalam penggunaan B20, namun relaksasi bagi angkutan laut dibutuhkan sampai adanya kajian teknis dari penggunaan B20 utk marine used. Hal ini diperlukan untuk mengetahui secara jelas dampak dari penggunaan B20 terhadap mesin kapal," ujar Ketua Umum INSA Carmelita Hartoto kepada Tempo.
Surat tertanggal 11 Oktober 2018 itu menyebut beberapa alasan mengapa asosiasi menyarankan penundaan mandatori B20 pada kapal niaga, salah satunya mengenai kandungan dalam FAME. "Kandungan FAME yaitu solvent dalam BBM dapat menyebabkan korosif pada seals dan gaskets," ujar Carmelita dalam suratnya.
Sifat pembersih kandungan solvent pada biodiesel B20 juga disebut dapat membawa lumpur dan kotoran ke saringan. Akibatnya, saringan bahan bakar mesti sering diganti dan berimbas kepada peningkatan biaya. Persoalan lainnya adalah dalam keadaan dingin biodiesel akan menghasilkan gel yang bisa bermasalah, khususnya saat penyimpanan.
Di samping itu, Carmelita berujar pemakaian B20 juga bakal mengurangi tenaga kapal. Sehingga, untuk jarak tempuh yang sama diperlukan penambahan penggunaan BBM ketimbang sebelumnya.
Belum lagi, pemakaian biodiesel B20 juga dapat berimbas negatif pada kondisi garansi pabrik dan asuransi kapal. Apabila penggunaan B20 itu tetap dipaksakan untuk industri pelayaran, Carmelita berujar perlunya pengusaha mengeluarkan investasi biaya awal seperti untuk membersihkan tangki, pipa, sistem BBM, dan pemeliharaan sistem penyimpanan B20.
CAESAR AKBAR