TEMPO.CO, Jakarta - Tren nilai tukar rupiah yang tengah menanjak tak serta merta membuat pemerintah terlena. Pasalnya, masih ada pekerjaan rumah utama yang harus segera dibenahi agar penguatan kurs bisa stabil berkepanjangan. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan fokus pembenahan yang dimaksud adalah terkait dengan neraca transaksi berjalan (CAD) yang masih mengalami defisit.
Baca juga: Gubernur BI Perry Warjiyo Ungkap 3 Penyebab Rupiah Menguat Cepat
“Kami berkomitmen untuk fokus menjaga agar CAD tetap bisa terkelola dengan baik, karena itu adalah salah satu sumber yang dapat menimbulkan persepsi terhadap perekonomian Indonesia,” ujarnya, di Jakarta, Jumat 9 Novemvber 2018.
Sri Mulyani menjelaskan CAD memegang peranan penting dalah menarik investor untuk menanamkan modalnya di dalam negeri. Kurs rupiah yang kini bertengger di level 14.632 per dolar AS pun diharapkan dapat menguat lebih dalam lagi, seiring menjaga ekspektasi pertumbuhan ekonomi, inflasi, ekspor, hingga investasi. “Stabilitas pertumbuhan ekonomi penting, kami akan menjaga momentum itu baik untuk kesempatan kerja maupun mengurangi kemiskinan,” ucapnya.
Tantangan itu semakin nyata, setelah Bank Indonesia kemarin merilis defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan III 2018 meningkat dari US$ 8,0 miliar menjadi US$ 8,8 miliar atau 3,37 persen dari Produk Domestik Bruto. Adapun secara keseluruhan tahun, defisit transaksi berjalan hingga saat ini mencapai 2,86 persen dari PDB, mendekati batas atas aman sebesar 3 persen.
Baca Juga:
Oleh karena itu, Sri Mulyani mengatakan pemerintah tak boleh lengah untuk tetap menjaga tren rupiah tetap positif. Terlebih, sumber-sumber tekanan dari perekonomian global khususnya yang bersumber dari perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina masih perlu diwaspadai.
“Tapi kami tetap hati-hati karena memang juga suasana politik secara global kan tetap cair, yang paling penting dalam suasana ekonomi yang cukup guncang saat ini kita harus punya fleksibilitas dan kemampuan untuk menyerap, itu yang harus disiapkan,” ucapnya.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan nilai tukar rupiah masih akan diuji pada akhir bulan ini dan Desember mendatang. “Sebab, akhir bulan ini Bank Sentral AS (The Fed) akan memberikan gambaran jadi tidaknya mereka menaikkan suku bunga acuan di Desember, kalau gambarannya naik rupiah akan kembali tertekan karena pasar akan langsung price in.” ucapnya.
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo berujar penguatan rupiah saat ini ditopang oleh mulai derasnya aliran masuk modal asing (capital inflow), baik di pasar saham maupun di pasar Surat Berharga Negara (SBN). “Sepanjang November ini midal asing masuk Rp 14,4 triliun, sehingga total secara year to date mencapai Rp 42,6 trliun,” katanya. Kondisi ini menurut Perry meningkatkan kepercayaan diri investor global terhadap perekonomian domestik.
GHOIDA RAHMAH | DIAS PRASONGKO