Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi, membenarkan bahwa harga jagung mengalami kenaikan lantaran persoalan distribusi dan musim panen. "Pertama, lokasi produksi peternakan yang tidak sama dengan lokasi produksi jagung," kata Agung saat ditemui di Balai Besar Pasca Panen, Kementerian Pertanian, di Bogor, Jawa Barat, Senin, 15 Oktober 2018. Kondisi ini, kata dia, membuat biaya distribusi jagung ikut naik.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution yang membawahi Kementan dan Kemendag, sempat mempertanyakan usulan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman perihal impor jagung. Padahal, Amran sempat menyebutkan Indonesia mengalami surplus produksi jagung.
"Dia mengusulkan perlu impor jagung, saya juga tanya, 'katanya surplus?' Akhirnya dijawab karena harganya naik," ujar Darmin di kantornya, Rabu malam, 7 November 2018. Sehari sebelumnya, Amran mengatakan impor jagung hanya untuk mengontrol harga agar stabil.
Sebab, di pasaran, harga jagung telah menyentuh Rp 5 ribu per kilogram dan bisa menyulitkan para peternak. Menurut dia, apabila harga jagung menurun, impor tak akan dilanjutkan.
“Ini baru rencana impor jagung 50 ribu oleh Bulog. Itu pun pemerintah yang impor bukan dilepas. Kalau mungkin harga turun, enggak mungkin dikeluarin sebagai alat kontrol aja,” kata Amran di Kementerian Pertanian, Selasa, 6 November 2018.
Menteri Enggartiasto hanya tertawa ketika ditanya apakah ada arahan dalam rakortas agar tidak ada lagi klaim surplus di kemudian hari. "Gak ada arahan, siapa yang ngarah-ngarahain," kata dia.
FAJAR PEBRIANTO | CAESAR AKBAR | BISNIS