Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution berujar melebarnya defisit transaksi berjalan alias CAD pada triwulan III 2018 tidak perlu dikhawatirkan. Ia memprediksi angka defisit transaksi bakal melebar di atas 3 persen.
Baca juga: BI: Rupiah Menguat, Modal Asing Rp 19,9 T Masuk 1 - 9 November
"Kemungkinan akan melebar di atas 3 persen, tapi ya itu bukan sesuatu yang mengkhawatirkan," ujar Darmin di kantornya, Jumat, 9 November 2018.
Alasannya, bekas Gubernur Bank Indonesia itu melihat arus modal mulai kembali masuk ke dalam negeri setelah menguatnya rupiah dalam beberapa waktu terakhir ini.
Berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, nilai tukar rupiah kian perkasa dengan menginjak Rp 14.632 per dolar AS pada hari ini. Angka itu lebih kuat 19 poin ketimbang Kamis, 8 November 2018. Kala itu, kurs berada di level Rp 14.651 per dolar AS.
Dengan masuknya modal ke dalam negeri, kendati akan ada defisit di neraca transaksi berjalan, Darmin mengatakan defisit di neraca transaksi modal dan finansial tidak akan terlalu besar. "Coba tanya Bank Indonesia, melakukan intervensi enggak selama sepekan? Kan enggak ada, berarti cadangannya enggak berubah," kata Darmin.
Menurut Darmin, melebarnya defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2018 disebabkan pertumbuhan ekonomi yang tetap tinggi pada periode tersebut. Badan Pusat Statistik sebelumnya mengumumkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2018 sebesar 5,17 persen. "Karena PE kita tetap tinggi, sehingga impornya juga jalan," tutur Darmin.
Di samping itu, melebarnya defisit transaksi berjalan juga terjadi lantaran Indonesia terkena dampak dari perang dagang yang dicetuskan Amerika Serikat ke negara mitra dagangnya. Pasca kebijakan Presiden Donald Trump itu digaungkan, menurut dia, India yang merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia ikut menaikkan bea masuk untuk produk minyak sawit Indonesia. Dampaknya ekspor sawit Indonesia melambat.
Pemerintah menerapkan beberapa kebijakan guna menekan defisit neraca transaksi berjalan. Misalnya dengan memperluas kebijakan mandatori biodiesel B20 untuk bahan bakar non PSO. Selain itu, pemerintah telah menaikkan tarif impor untuk sejumlah jenis barang konsumsi.
"Tapi itu kan perlu waktu, jadi jangan dilihat per bulan dong," kata Darmin. Bekas Gubernur Bank Indonesia itu yakin kebijakan pengendalian impor yang dilakukan pemerintah akan berdampak terhadap defisit transaksi berjalan triwulan iV 2018. "B20 kan baru diterapkan September, baru satu bulan."
Kendati meyakini kebijakannya bakal berdampak positif kepada menurunnya defisit transaksi berjalan, Darmin pesimistis neraca transaksi berjalan bisa surplus tahun depan.
"Kalau neraca dagang bisa, tapi kalau transaksi berjalan itu kita kan sudah dari tahun 1970-an, enggak bisa satu dua tahun diubah karena umurnya sudah 50 tahun," ujar Darmin Nasution.