Meskipun kondisi pasar keuangan beranjak membaik, Dody mengungkapkan bank sentral tetap mewaspadai adanya kemungkinan pelemahan kembali kurs rupiah. “Bank Indonesia tetap mewaspadai potensi risiko ke depan, seperti dari dinamika perang dagang dan geopolitik, kami senantiasa berupaya menjaga kestabilan rupiah,” ujarnya.
Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Nanang Hendarsah berujar aliran modal asing perlahan mengalir deras masuk ke pasar domestik. Pada akhir Oktober hingga kemarin menunjukkan aliran masuk ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 18,1 triliun, sedangkan arus modal masuk ke pasar saham hingga Rp 20,7 triliun.
“Rupiah perlu diberikan ruang untuk menguat karena selama tahun 2018 telah melemah terlalu tajam,” ucap Nanang. Dia memastikan Bank Indonesia terus memonitor penguatan yang terjadi. “Namun tetap akan lebih memberikan ruang bagi bekerjanya mekanisme pasar.”
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menuturkan meskipun sentimen positif mulai berhembus, namun sumber-sumber tekanan pada rupiah tak serta merta mereda. Sehingga, dia pun menilai penguatan yang terjadi saat ini sifatnya temporer atau sementara.
“Salah satunya defisit neraca transaksi berjalan (CAD) kita masih sangat rentan, defisitnya masih akan melebar menembus 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), ini akan menyebabkan rupiah melemah kembali.”