TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pemenangan Nasional pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto - Sandiaga Uno yakin janji yang dilontarkan Prabowo untuk menyetop impor Bahan Bakar Minyak bisa dilaksanakan.
Baca juga: Prabowo tentang Ekonomi Rakyat Pas-pasan, Ini Data Credit Suisse
Anggota tim kajian dan analisis BPN Prabowo - Sandiaga, Sapto Waluyo menyebut langkah utamanya adalah dengan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor pribadi. Alih-alih, masyarakat didorong beralih ke transportasi massal.
"Jadi harus mengubah trasportasi pribadi ke transportasi publik," kata Sapto di Restoran Rantang Ibu, Jakarta Selatan, Rabu, 7 November 2018.
Sapto menyebut pemerintah juga seharusnya tidak mendorong masuknya kendaraan murah ke dalam negeri. Sebab, itu akan membuat masyarakat berebut membeli mobil yang berimbas pada meningkatnya konsumsi BBM di dalam negeri.
"Kalau transportasi publik bagus kan enggak bakal menghabiskan bensin di kota-kota," tutur Sapto. Ia menegaskan keyakinannya akan gagasan menyetop impor BBM itu. "Dulu, Pak Sudirman Said saja menyetop Petral."
Sebelumnya, pada acara Tabligh Akbar dan Deklarasi Komando Ulama Pemenangan Prabowo Sandi (Koppasandi) di Gelanggang Olahraga Gor Soemantri Brojonegoro, Kuningan, Jakarta, Ahad 4 November 2018, Prabowo Subianto mengatakan, tidak akan memberlakukan impor bila terpilih menjadi Presiden.
“Saya bersaksi kalau saya menerima amanat bangsa Indonesia, saya akan membuat Indonesia berdiri di kaki sendiri. Kita tak perlu impor saudara-saudara, kita harus mampu swasembada pangan. Tidak perlu kirim Rp 3 miliar lebih untuk bayar bahan bakar,” kata Prabowo.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan impor migas September mencapai US$ 2,28 miliar. Jumlah tersebut menunjukkan peningkatan 17,75 persen dibandingkan September 2017. Kendati, bila dibandingkan dengan Agustus 2018 angka itu turun 25,2 persen.