TEMPO.CO, Jakarta -Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo mengungkapkan mata uang rupiah mengalami kestabilan. Menurut dia, kestabilan ini didapatkan dari regional dan internasional.
BACA: Rupiah Menguat Jadi Rp 14.804 per Dollar AS, karena...
"Kami berharap positif dari pertemuan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dengan Presiden Cina, Xi Jinping, memberikan hasil yang positif. Dampak positifnya juga pada emerging currency, sehingga rupiah mengalami penguatan," kata Dody, saat di wawancara di Gedung Hotel Pullman, Selasa, 6 November 2018.
Dody mengatakan, kestabilan nilai tukar rupiah juga dipengaruhi beberapa faktor positif, dan indikator domestik ke arah yang lebih baik. Meskipun pertumbuhan ekonomi sebesar 5,17 persen (tahun ke tahun) pada triwulan ketiga yang lebih rendah dari sebelumnya sebesar 5,27 persen.
"Tapi, sebenarnya itu masih cukup tinggi. Karena dorongan dari domestik investasi dan konsumsi masih cukup besar. Jadi artinya ekonomi kita masih terus tumbuh," ungkap Dody.
BACA: Pertemuan Trump dan Jinping Berdampak Positif ke Rupiah
Dodi menambahkan dari data-data kredit financing ekonomi terlihat akan adanya peningkatan. Sehingga roda perekonomian terus bergerak.
"Artinya sentimen keyakinan konsumen dan keyakinan produsen itu juga positif, di hitungan triwulan ketiga dan kita berharap berlanjut pada triwulan keempat. Sehingga, itu semua menjadikan gambaran dukungan kepada rupiah hingga sekarang yang berada dibawah 15.000," katanya.
AQIB SOFWANDI | MARTHA WARTA SILABAN