Tulus menilai pemerintah masih mengistimewakan Lion, dalam hal ekspansi rute dan pesawat. Padahal, dia menilai, belum ada peningkatan kapasitas manusia yang sesuai untuk kegiatan tersebut. "Mereka dibiarkan menambah rute terus. Kalau resource tak cukup, salah satu efeknya adalah delay, dan malah dibiarkan terbiasa," ujar Tulus.
Pengamat penerbangan, Gerry Soejatman, mengatakan Lion sudah menguasai 50 persen pangsa pasar domestik. Hal itu dipicu oleh banyaknya pilihan jadwal penerbangan di maskapai berlambang singa. "Itu faktor utama yang dicari penumpang, apalagi saat ini tujuan penerbangan Lion pun banyak," kata dia.
Para operator bandara pun tak menampik dominasi penerbangan Lion. Vice President Corporate Secretary PT Angkasa Pura I (persero), Handy Heryudhitiawan, mengatakan volume penumpang tiga maskapai Lion Air Group di 13 bandara yang dikelola perseroan mencapai 60 persen. Persentasenya pun lebih dari 30 persen di 15 bandara yang dikelola Angkasa Pura II (persero). "Kalau digabung dengan Garuda Indonesia, sekitar 70 persen," kata Public Relation Manager AP II, Yado Yarismano kepada Tempo.
Pengamat lainnya, Chappy Hakim, menilai masyarakat sangat menunggu keputusan pemerintah atas Lion. "Ada maskapai yang jual tiket murah tapi dapat banyak complaint, ditambah ada kecelakaan pesawatnya yang super modern, berarti ada yang salah," tutur Chappy. "Kesalahan apa mari kita cari, ditunggu investigasi itu."
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memastikan lembaganya tak segan menindak maskapai, bila terbukti lalai. Spesial audit dari regulator, kata dia, mencakup pemeriksaan prosedur perawatan pesawat dan kecakapan awak. “Tidak ada istilah anak emas,” kata dia.
Adapun Corporate Communications Lion Air Group, Ramaditya Handoko, mengklaim kegiatan perusahaannya tak terusik oleh audit. "Arus pemesanan tiket juga masih stabil, kami jalankan pelayanan seperti biasanya," ucap Rama, kemarin.
YOHANES PASKALIS PAE DALE | LARISSA HUDA | KARTIKA ANGGRAENI | CHITRA PARAMESTI