TEMPO.CO, Jakarta - Terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan untuk memulai startup. CEO Cashlez Teddy Tee mengatakan hal pertama perlu dilakukan dengan melihat atau memetakan permasalahan yang ada di masyarakat. Setelah itu, menurut Teddy, setelah menemukan masalah, perlu membuat solusi untuk memulak startup.
BACA: Jack Ma Beri Beasiswa 1.000 Bos Startup ke Cina
"Mulai lihat problem dan cari solusi," kata Teddy di Kantorkuu Agro Plaza, Jakarta, Sabtu, 3 November 2018.
Selanjutnya kata Teddy perlu mengukuhkan niat dan visi yang jelas. Dengan itu, kata Teddy perlu digabungkan visi dan solusi agar berjalan dengan optimal. "Visi dan solusi yang ditawarkan harus jelas," kata Teddy.
Tedde menilai partner atau rekan kerja juga menjadi hal yang penting. Menurut Teddy hampir tidak ada atau jarang start up yang berhasil hanya dengan satu orang pendiri. "Di kami, awal ada orang produk, teknologi, dan funding," kata Teddy.
BACA: Rudiantara Prediksi Startup di 3 Sektor Ini Akan Jadi Unicorn
Hal berikutnya yang diperlukan dalam memulai startup, kata Teddy adalah funding atau pendanaan. Pendanaan menjadi penting agar keberlangsungan start up bisa berjalan, terlebih saat melakukan permulaan.
CEO Halofina, Adjie Wicaksana menekankan pada pentingnya regulasi. Namun, menurut Adjie meski belum ada regulasi jelas yang mengatur, mencoba terlebih dahulu startup juga menjadi penting, lalu selanjutnya mengupayakan untuk mendorong adanya regulasi.
Director OVO, Johnny Widodo mengatakan terdapat dua tantangan dalam memulai start up, yaitu internal dan eksternal. Dari eksternal, kata Johnny perlu mencari tahu apa masalah yang ada pada konsumen. Selanjutnya perlu membuat garis besar atau fokus start up baru tersebut. "Tantangannya pada saat di awal untuk bisa mengunci garis besar. Tentukan benar," kata Johnny.
Sedangkan dari internal, kata Teddy perlu mengajak bergabung orang-orang yang memiliki kemampuan berbeda. "Tidak ada yang ahli fintech saat awal saya memulai," kata Teddy.
Menurut Teddy dengan memasukkan orang yang berbeda keahlian, akan juga ada benturan, namun, hal itu dapat menjadi baik. "Ada dinamika ketika orang-orang mulai masuk. Harus ada orang yang ngerem," ujar Teddy.
Baca berita tentang startup lainnya di Tempo.co.