TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan BI hari ini tidak melakukan intervensi untuk menguatkan rupiah. Menurut Mirza rupiah menguat terjadi karena transaksi pasar mata uang sendiri.
Baca: Tim Prabowo - Sandiaga: Kebijakan Jokowi Gagal Jaga Rupiah
"Tidak ada BI tidak intervensi hari ini, jadi itu kurs market sendiri dan itu menguat karena supply dan demand," kata Mirza saat ditemui di Museum Bank Indonesia, Jakarta, Jumat, 2 November 2018.
Mirza mengatakan memang situasi pasar keuangan di emarging market termasuk Indonesia dalam dua hari ini membaik signifikan. Menurut Mirza, hal itu terutama didorong oleh perundingan Amerika dengan Cina.
"Perundingan Amerika Cina ada kemajuan, belum selesai, tapi ada kemajuan mengenai trade war," ujar Mirza.
Adapun rupiah pada Jumat 2 November pukul 17.50 menguat pada level Rp 14.981 atau menguat sebesar 0,89 persen dari pembukaan. Berdasarkan data RTI rupiah dibuka pada level Rp 15.115. Rupiah hari ini mencapai level terendah pada level Rp 15.117 dan terkuat pada level Rp 14.959.
Gubenur BI Perry Wajiyo mengungkapkan bahwa nilai tukar rupiah terus menguat pada hari ini. Menurut Perry, hal ini karena kebijakan BI melalui instrumen Domestic Non-Delivery Forward (DNDF) yang dianggap berhasil.
"Ada 11 bank bertransaksi DNDF. Saat ini DNDF diperdagangkan Rp 15.120 per dolar AS. Jadi ini menguat tidak hanya DNDF, yang offshore juga ikuti penguatan," kata Perry
DNDF adalah transaksi derivatif valas terhadap rupiah yang standar (plain vanilla) berupa transaksi forward dengan mekanisme fixing yang dilakukan di pasar domestik. Kebijakan ini telah resmi diberlakukan sejak 1 November 2018 kemarin.
Adapun pengeluaran kebijakan DNDF oleh BI ialah untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah. Selain itu juga untuk pendalaman pasar valuta asing domestik dan menambah alternatif instrumen lindung nilai.
HENDARTYO HANGGI | KARTIKA ANGGRAENI | DIAS PRASONGKO