TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar pada Jumat 2 November 2018 akhirnya menguat hingga di bawah Rp 15.000. Berdasarkan data RTI, kurs rupiah berada level harga Rp 14.981 atau menguat 0,89 persen jika dibandingkan saat perdagangan dibuka, Rp 15.115.
BACA: Rupiah Menguat Imbas Pengesahan APBN 2019
Rupiah hari ini mencapai level terendah pada level Rp 15.117 dan tertinggi pada level Rp 14.959. Selain rupiah, mata uang negara lain juga menguat terhadap dolar Amerika. Seperti dolar Singapura menguat 0,38 persen dan yuan China 0,87 persen.
Dalam situs resmi Bank Indonesia, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau Jisdor mencatat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di angka Rp 15.089 pada 2 November 2018.
Angka tersebut menunjukkan penguatan 106 poin dari nilai sebelumnya, yaitu Rp 15.195 pada 1 November 2018. Sedangkan pada 2 November 2018, kurs jual US$ 1 terhadap rupiah, yaitu Rp 15.164 dan kurs beli Rp 15.014
Gubenur Bank Indonesia atau BI, Perry Wajiyo mengungkapkan bahwa nilai tukar rupiah terus menguat pada hari ini. Menurut Perry, hal ini karena kebijakan BI melalui instrumen Domestic Non-Delivery Forward (DNDF) yang dianggap berhasil.
"Ada 11 bank bertransaksi DNDF. Saat ini DNDF diperdagangkan Rp 15.120 per dolar AS. Jadi ini menguat tidak hanya DNDF, yang offshore juga ikuti penguatan," kata Perry
DNDF adalah transaksi derivatif valas terhadap rupiah yang standar (plain vanilla) berupa transaksi forward dengan mekanisme fixing yang dilakukan di pasar domestik. Kebijakan ini telah resmi diberlakukan sejak 1 November 2018 kemarin.
Adapun pengeluaran kebijakan DNDF oleh BI ialah untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah. Selain itu juga untuk pendalaman pasar valuta asing domestik dan menambah alternatif instrumen lindung nilai.
KARTIKA ANGGRAENI | HENDARTYO | DIAS PRASONGKO