TEMPO.CO, Jakarta - Pelaksana Tugas Diretur Jenderal Perhubungan Udara, Pramintohadi Sukarno mengatakan pihaknya telah bertemu dengan Perusahaan Boeing, guna membicarakan kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 di Perairan Tanjung Karawang. "Ada yang dibahas sehubungan dengan kecelakaan ini," ujar dia di Kantor Kemenhub, Jumat, 2 November 2018.
Simak: Pesawat Lion Air Boeing 737 yang Jatuh Seharga Triliunan Rupiah
Pertemuan tersebut dilakukan oleh Direktur Kelai Udaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Ditjen Perhubungan Udara, Avrianto dengan dua orang ekspertis dari Perusahaan Boeing dan Lion Air.
Selanjutnya, Avrianto menjelaskan, dalam pertemuan tersebut baru dibahas mengenai temuan sementara dan langkah yang akan dibuat oleh Kemenhub, Boeing, dan Lion Air. "Kami akan membuat license plan," ucap dia.
Pembuatan license plan tersebut, kata Avrianto, masih menunggu perkembangan invertigasi dari Komite Nasional Keselamatan Trasnportasi (KNKT). Selain itu, mereka juga membahas soal permasalahan di log book yang ada di penerbangan Lion Air sebelumnya.
Avrianto mengatakan pertemuan itu dilakukan siang ini. Dia menyebutkan ada dua orang ekspertis dari Boeing dan Pelaksana Tugas Direktur Teknik Lion Air Muhammad Rusli. Dia belum dapat memastikan apa saja yang akan dilakukan oleh Boeing dalam investigasi ini.
Pesawat Lion Air JT 610 mengalami kecelakaan setelah lepas landas dari Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta pukul 06.20 WIB menuju Pangkalpinang pada Senin, 29 Oktober 2018. Pesawat Boeing tersebut jatuh di koordinat koordinat S 5’49.052” E 107’ 06.628”.
Sebelumnya, tim gabungan evakuasi kecelakaan telah menemukan salah satu bagian dari black box Lion Air JT 610, yaitu Fligth Data Recorder (FDR) di kedalaman 32 meter. Black box FDR ditemukan setelah dua kapal pencari mendeteksi sinyal ping dari alat berwarna oranye tersebut.