Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya kenaikan harga gabah di tingkat petani pada Oktober 2018 yang membuat indeks kesejahteraan petani membaik dibandingkan September 2018. Kondisi ini tercermin dari nilai tukar petani (NTP) tanaman pangan bulan ini sebesar 104,8 atau naik 0,82 persen dan nilai tukar usaha pertanian (NTUP) tanaman pangan sebesar 111,25 atau naik 0,84 persen.
Baca juga: Bulog Sebut Penyerapan Beras Petani Turun Karena Dua Hal Ini
"Harga gabah naik di tingkat petani maupun penggilingan," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Kamis, 1 November 2018. Ini pantauan dari 1.773 transaksi di 28 provinsi seluruh Indonesia.
NTP adalah angka perbandingan dari harga yang diterima petani dan harga yang dibayarkan petani. NTUP mirip dengan NTP, namun tidak memasukkan komponen konsumsi rumah tangga dalam harga yang dibayarkan petani alias pengeluaran murni di usaha pertanian. Semakin tinggi NTP dan NTUP, semakin meningkat kesejahteraan petani.
Sebagai contoh, kata Suhariyanto, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani secara bulanan naik 0,98 persen dan harga gabah kering giling (GKG) naik 1,26 persen. Pada Oktober 2018, rata-rata GKP dijual seharga Rp Rp 4.937 per kilogram. Sementara GKG dijual seharga Rp 5.467 per kilogram. Sehingga, selisih harganya mencapai Rp 530 per kilogram, lebih tinggi dari bulan lalu yang hanya Rp 510 per kilogram.
Di sisi lain, harga beras di tiga jenis kompak naik. Di antaranya yaitu harga beras kualitas rendah naik 0,75 persen dan rata-rata saat ini dijual Rp 9.194 per kilogram. Lalu beras kualitas medium naik 0,92 persen dengan harga Rp Rp 9.395 per kilogram. Lalu beras kualitas premium naik 0,77 persen di harga 9.645 per kilogram.
Meski begitu, kondisi kesejahteraan petani di sejumlah sektor lain justru menurun. Walhasil, secara umum, NTP bulan ini sebesar hanya sebesar 103,2 atau turun 0,14 persen dan NTUP sebesar 111,91 persen, yang juga turun 0,13 persen (mtm). "Jadi yang naik hanya sektor tanaman pangan, hortikultura, dan pembudidaya ikan," kata dia.
Sementara petani lainnya yaitu di sektor tanaman perkebunan rakyat, perikanan, peternakan, serta nelayan, memerah alias menurun. Penurunan terbesar terjadi pada NTP peternakan yaitu sebesar 0,91 persen dan NTUP tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,97 persen.