TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tantangan nyata pada 2019 adalah perekonomian dunia yang masih dibayangi oleh ketidakpastian. Ketidakpastian itu antara lain bersumber dari Amerika Serikat yang melakukan normalisasi kebijakan moneter, kebijakan fiskal yang pro-cyclical, yang menyebabkan kenaikan suku bunga.
Baca juga: Sri Mulyani: Target Pajak di 2019 Menantang, tapi Realistis
"Dan imbal hasil (yield) surat berharga Amerika yang berimbas ke seluruh dunia, penguatan dolar Amerika Serikat dan pengetatan likuiditas yang menyebabkan arus modal keluar dari negara-negara emerging yang menyebabkan tekanan pada nilai tukar mata uang berbagai negara, termasuk Indonesia," kata Sri Mulyani saat rapat paripurna di Gedung DPR, Rabu, 31 Oktober 2018.
Selain itu, kata Sri Mulyani, perang dagang AS dan Cina, ketidakpastian skenario Brexit dan di berbagai negara Eropa, serta ketegangan geopolitik di beberapa kawasan dunia, menyebabkan meningkatnya risiko negatif bagi ekonomi global.
Sri Mulyani mengatakan IMF telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 3,7 persen, dari sebelumnya sebesar 3,9 persen. Demikian pula tingkat perdagangan dunia yang diturunkan menjadi sebesar 4,0 persen dari sebelumnya 4,5 persen.
"Dengan meningkatnya risiko negatif dari perekonomian global, kita harus meningkatkan kewaspadaan dan kehati-hatian dalam menjaga perekonomian nasional," kata Sri Mulyani.
Untuk itu, menurut dia, penetapan target-target perekonomian harus diperhitungkan secara lebih realistis, menyesuaikan dengan kondisi perekonomian global. Menurut Sri Mulyani, hal itu membuat kebijakan fiskal melalui APBN 2019 menjadi kredibel dan efektif untuk mendukung peningkatan kesejahteraan yang merata dan penurunan tingkat kemiskinan.
Sri Mulyani mengatakan besaran asumsi dasar ekonomi makro 2019 ditetapkan pertumbuhan ekonomi 5,3 persen, inflasi 3,5 persen, nilai tukar rupiah Rp 15 ribu per dolar AS, tingkat suku bunga SPN 3 bulan 5,3 persen, harga minyak mentah lndonesia US$ 70 per barel, lifting minyak bumi 775 ribu barel per hari, dan lifting gas bumi 1.250 ribu barel setara minyak per hari.