TEMPO.CO, Jakarta - Pesawat Lion Air JT-610 jatuh 13 menit setelah lepas landas dari Bandara Soekarno Hatta, Banten menuju Pangkalpinang. Pesawat jatuh ke laut di sekitar Perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat pada Senin pagi, 29 Oktober 2018.
Baca: Tiga Jaksa Korban Lion Air JT 610 Hendak Upacara Sumpah Pemuda
Kasus kecelakaan pesawat, bukan kali ini saja terjadi. Empat tahun lalu, Minggu, 28 Desember 2014, pesawat AirAsia dari Surabaya tujuan Singapura juga mengalami kecelakaan. Pesawat A320 dengan nomor penerbangan QZ8501 itu hilang kontak setelah 50 menit lepas landas dari bandar udara Juanda Surabaya.
Lion Air dan AirAsia memiliki sejumlah persamaan. Keduanya bersaing di pasar yang sama yaitu maskapai berbiaya rendah atau low cost carrier. Bisnisnya sama-sama menggurita, Lion Air menguasai pasar domestik sedangkan AirAsia banyak menggarap pasar penerbangan internasional.
Lion Air dimiliki oleh keluarga Rusdi Kirana, sedangkan AirAsia didirikan oleh pengusaha Malaysia Tony Fernandes. Namun keduanya memiliki karakter berbeda.
Saat Lion Air mengalami kecelakaan, Rusdi Kirana tak kunjung memberikan pernyataan. Ia hanya mengunggah ucapan duka cita melalui akun instagram. Kini Rusdi menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Malaysia.
Seperti dikutip dari Antara, Rusdi dikabarkan terbang ke Jakarta dengan pesawat pribadi sesaat setelah mendengar pesawat Lion Air jatuh. Namun ia menolak memberi keterangan dan menyerahkan kepada manajemen Lion Air.
Berbeda dengan Tony Fernandes. Sehari setelah AirAsia jatuh di laut, ia terbang ke Surabaya dan merapat ke pusat krisis menemui keluarga korban. Tony juga rajin mengunggah perkembangan evakuasi AirAsia melalui akun twitter.
Dalam wawancara dengan majalah Tempo edisi 23 Februari 2015, pemilik Lion Air ini mengatakan punya gaya sendiri dan tidak suka diekspos media. "Setiap orang punya gaya berbeda. Tony Fernandes mungkin senang diekspos, saya tidak begitu suka. Yang saya mau adalah saya mau jadi pemenang. Tidak hanya di Indonesia, tapi juga di ASEAN," ujar Rusdi.