TEMPO.CO, Surabaya - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan keputusannya membebaskan tarif untuk Jembatan Tol Suramadu murni untuk meningkatkan perekonomian di Madura.
Baca: Presiden Jokowi Resmi Gratiskan Jembatan Suramadu
Jokowi bercerita di Madura pernah ada investasi masuk untuk bisnis penanaman tebu. "Sudah dimulai tapi karena masalah biaya logistik, transportasi, batal. Tidak jadi karena gara-gara ini," katanya dalam sambutan di Jembatan Suramadu, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu, 27 Oktober 2018.
Jokowi menuturkan angka ketimpangan di Madura lebih tinggi ketimbang daerah-daerah lain di Jawa Timur. Jika di daerah seperti Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo ketimpangan berkisar 4 sampai 6 persen di Madura justru mencapai angka 16 hingga 23 persen.
"Oleh sebab itu, dari usulan dan desakan tokoh agama, tokoh ulama, tokoh masyarakat, kiai, IKAMA, para bupati, maka pada hari ini saya putuskan jembatan tol Suramadu akan jadi jembatan nontol biasa," kata Jokowi
Meski membebaskan tarif untuk Jembatan Tol Suramadu, Jokowi menyatakan pemerintah tidak takut rugi atas kebijakan ini. "Negara itu tidak hitung untung rugi, negara itu berhitung berkaitan dengan keadilan sosial, yang berkaitan dengan rasa keadilan dan kesejahteraan," ujarnya.
Jokowi berujar saat pengenaan tarif masih berlaku, pemasukan negara dari Jembatan Suramadu hanya Rp 120 miliar per tahun. "Tetapi itu tidak sebanding dengan pertumbuhan ekonomi yang kami inginkan untuk kabupaten-kabupaten yang ada di Madura," ucapnya.
Baca juga: 6 Tahun Jembatan Suramadu, Kenapa Madura Tak Lebih Maju?
Atas pertimbangan itu, kata Jokowi, pemerintah memutuskan membebaskan tarif Jembatan Suramadu. "Dan dengan mengucap bismilahir-rahmani-rahim jalan Tol Suramadu pada sore hari ini kami ubah jadi jalan non tol biasa," tuturnya.