TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Central Asia atau BCA Tbk mencatatkan kenaikan portofolio kredit sebesar 17,3 persen ketimbang tahun lalu menjadi Rp 516 triliun.
BACA: BCA Akuisisi Satu Bank Kecil Akhir Tahun 2018 Ini
”BCA membukukan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebeiumnya," ujar Wakil Presiden Direktur BCA Eugene K. Galbraith di Hotel Kempinski, Jakarta, Kamis, 25 Oktober 2018. Ia melihat adanya peluang usaha serta peningkatan permintaan kredit usaha dari para nasabah.
Pada akhir September 2018, kata Eugene, BCA mencatat pertumbuhan kredit usaha yang lebih tinggi, baik pada kredit investasi maupun modal kerja. Kredit investasi terlihat mulai meningkat pada triwulan ini.
Adapun kredit korporasi meningkat 23,3 persen ketimbang tahun lalu menjadi Rp 199,2 triliun, terutama berasal dari sektor jasa keuangan, telekomunikasi, serta minyak nabati dan hewani. Sementara itu, kredit komersial dan usaha kecil menengah tumbuh 17,6 persen year-on-year menjadi Rp 176,4 triliun.
Kenaikan juga terjadi pada kredit konsumer sebesar 9,0 persen ketimbang tahun sebelumnya menjadi Rp 139,9 triliun. Pada portofolio kredit konsumer, kredit pemilikan rumah naik 9,4 persen menjadi Rp 86,3 triliun dan kredit kendaraan bermotor meningkat 7,7 persen menjadi Rp 41,5 triliun dibanding tahun lalu.
"Pada periode yang sama, outstanding kartu kredit tumbuh 10,9 persen year-on-year menjadi Rp 12,1 triliun," tutur Eugene.
Selama periode ini, rasio kredit bermasalah (NPL) BCA berada pada level 1,4 persen pada akhir September 2018. Angka tersebut, menurut Eugene, masih dalam tingkat toleransi risiko yang masih dapat diterima. Rasio cadangan terhadap kredit bermasalah (loan loss coverage) tercatat sebesar 187,0 persen.
Di samping itu, rasio kredit terhadap pendanaan (LFR) BCA tercatat sebesar 80,9 persen dan rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 23,2 persen. Penyempurnaan dari LFR, Rasio lntermediasi Makroprudensial (RIM) yang baru diterapkan tercatat pada level 81.8 persen.
"Kami optimistis terhadap dinamika perkembangan ekonomi Indonesia yang akan terus berlanjut, meskipun saat ini sedang dihadapkan pada perubahan kondis global," kata Eugene. "Kami meyakini bahwa kestabilan perbankan nasional akan tetap terjaga serta memlllkl prospek positif dalam jangka panjang."