Pemerintah menyatakan bakal lebih siap menghadapi musim paceklik tahun ini. Musababnya, Badan Pusat Statistik baru saja mengeluarkan data produksi padi dan luas panen yang terbaru Rabu lalu.
Dalam data baru tersebut produksi beras hingga Desember 2018 diperkirakan sebesar 56,54 juta ton gabah atau setara dengan 32,42 juta ton beras. Bakal ada surplus produksi beras hingga 2,85 juta ton karena pengurangan angka konsumsi beras mencapai 29,57 juta ton per tahun,
Wakil Presiden Jusuf Kalla, Selasa lalu, mengatakan pemerintah takkan mengimpor karena stok cadangan beras mencukupi. Perum Bulog, katanya, memiliki stok hingga 2,4 juta ton yang bisa menjaga stabilisasi harga beras hingga akhir tahun. “Syarat impor itu kalau harga sudah naik 10 persen dan stok pemerintah di bawah satu juta,” kata Kalla di kantornya.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Karyanto Suprih mengatakan pemerintah sudah berancang-ancang menghadapi musim paceklik ini. Data BPS terbaru, kata Suprih, yang diharapkan akurat bakal membuat pengawasan lebih presisi. Apalagi, data produksi juga diperkaya dengan data luas sawah yang menurun dari 7,7 juta ton menjadi 7,1 juta ton. “Satuan tugas pangan juga terus memperbaiki cara menelisik potensi spekulasi dan penimbunan,” kata Suprih.
Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto menyebut data produksi beras sebenarnya bukanlah satu-satunya acuan pemerintah dalam mengambil kebijakan. "Data yang digunakan untuk membuat kebijakan tidak hanya data produksi, kita punya data harga yang jauh lebih bagus," ujar Suhariyanto.
CAESAR AKBAR | VINDRY FLORENTIN