Singapura menjadi salah satu negara pertama di Asia Tenggara yang mengoperasikan kendaraan terelektrifikasi (mobil listrik dan hibrida) untuk angkutan umum. Data LTA menyebutkan pada 2010 ada 30 taksi hibrida (memakai mesin bensin dan motor listrik) serta dua bus hibrida diesel yang beroperasi. Tahun lalu jumlah taksi hibrida di Negeri Singa itu sudah mencapai 4.159 unit. Adapun bus hibrida diesel hanya ada tiga unit, ditambah dua unit bus listrik.
Dengan kemajuan tersebut, investor pun melihat Singapura sebagai wilayah yang prospektif untuk mengembangkan industri kendaraan listrik. Kemarin, perusahaan asal Inggris, Dyson, mengumumkan rencana pembangunan pabrik mobil listrik di Singapura. Kepala Eksekutif Dyson, Jim Rowan, mengatakan konstruksi pabriknya mulai dibangun pada Desember mendatang.
Menurut Rowan, Singapura menjadi lokasi yang ideal lantaran memiliki tenaga kerja unggul serta pengalaman dan keahlian di bidang manufaktur. Wilayah ini pun dinilai ideal lantaran terhubung dengan beberapa negara calon pasar strategis di Asia Tenggara. "Singapura memiliki basis biaya yang kompetitif, disertai keahlian dalam hal teknologi. Tempat yang tepat untuk membangun mobil listrik kami," kata dia seperti dikutip CNN Money.
Selama ini Dyson dikenal sebagai produsen peralatan elektronik rumah tangga. Produk terkenalnya adalah penyedot debu atau vacuum cleaner, pengering rambut, kipas angin, dan pemanas udara. Namun Dyson memiliki ambisi tinggi untuk masuk dalam industri kendaraan listrik. Tahun lalu, James Dyson, pendiri perusahaan ini, mengatakan akan terjun dalam kompetisi di pasar mobil listrik. Dia pun menantang pemain besar seperti Tesla Inc.
Dyson pun mengucurkan investasi US$ 2,6 miliar untuk memproduksi mobil listrik pada 2021. Perusahaan ini memiliki 1.100 karyawan di Singapura yang memproduksi motor listrik serta fasilitas produksi di Malaysia.
FERRY FIRMANSYAH